Virus Corona
Ekonom INDEF: Indonesia Saat Ini Hadapi Tiga Krisis Sekaligus
Bhima Yudhistira menyebutkan faktor yang membuat masyarakat menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat buruk.
Persentase hasil survei dari sebuah lembaga survei tanah air mengenai tanggapan masyarakat atas perekonomian bangsa pun dianggap sebagai hal yang wajar.
"Terkait survei, masyarakat berhak untuk beropini kondisi ekonomi saat ini memang sangat buruk," papar Bhima.
Indikasi yang terlihat dari data-data yang ada juga menggambarkan rendahnya pertumbuhan ekonomi negara ini di kuartal pertama.
Bhima pun memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua bisa makin melambat.
"Bahkan untuk kuartal kedua (pertumbuhannya) bisa minus," tutur Bhima.
Selanjutnya, indikasi yang membuat masyarakat menilai ekonomi bangsa saat ini tengah terpuruk adalah terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang cukup tinggi karena dampak pandemi ini.
Selain itu, banyak pula karyawan yang terpaksa 'dirumahkan' tanpa memperoleh kompensasi atau gaji.
"Kemudian gelombang PHK tembus 2 juta orang lebih, belum termasuk yang dirumahkan tanpa digaji," pungkas Bhima.
Sebelumnya, lembaga survei Indikator Politik Indonesia telah merilis hasil survei terkait kondisi ekonomi Indonesia saat terjadinya pandemi.
Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 1.200 responden melalui sambungan telepon pada 16 hingga 18 Mei 2020 itu, menghasilkan angka sebanyak 57,6 persen responden menilai ekonomi saat ini buruk.
Sementara 23,4 persen responden lainnya menilai sangat buruk.
Pertanyaan yang diajukan terhadap para responden ini yakni 'bagaimana ibu atau bapak melihat keadan ekonomi nasional pada umumnya sekarang?'.
Sementara rincian untuk persentasenya adalah sebanyak 57,6 persen menjawab buruk, dan 23,4 persen menjawab sangat buruk.
Lalu 8,9 persen menjawab sedang, kemudian 1,2 persen menjawab baik, 5,5 persen menjawab sangat baik, serta 3,4 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.