Rizal Ramli Beberkan Solusi Recovery Ekonomi Tanpa Nambah Utang
Pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 diprediksi bakal lama. Hal ini diungkap ekonom senior, Rizal Ramli.
Rizal mengingatkan agar pemerintah jangan terburu berbangga dulu. Filipina misalnya. Negara ini menerbitkan bond pada saat yang bersamaan dengan RI.
Baca: Acara TV Ramadhan GTV Hadirkan Program Spesial, Syair Ramadan hingga Big Movies Platinum Sahur
Dengan kondisi perekonomian yang lebih jelek, yield-nya hanya 2 %. Sedangkan kalau kita tukar bond kita dengan jangka panjang dan bunga lebih murah, pemerintah dapat menghemat cicilan utang nyaris Rp 400 triliun.
"Total penghematan dengan cara-cara di atas hampir Rp 1000 triliun lebih, dan ini cukup untuk menyelesaikan masalah ekonomi akibat Corona tanpa berhutang lagi," jelas Rizal Ramli.
Namun, program hanya boleh fokus tiga hal yaitu: Rp 200 triliun untuk menyelesaikan masalah Corona, sekitar Rp 300 triliun untuk memberi makan dan memberikan bantuan melalui ATM setiap bulan sekitar Rp 600.000 - Rp 800.000 langsung dari BRI dan BNI.
"Saya tidak mau menggunakan istilah BLT (Bantuan Langsung Tunai) namun Bantuan ATM Tunai (BAT) atau Bantuan ATM Sosial (BAS), tidak berikan tunai namun disalurkan ke ATM setiap orang secara tunai," tuturnya.
Baca: Naik Rp 5.000, Harga Emas Antam Jumat 8 Mei 2020 Capai Rp 918.000 per Gram, Berikut Rinciannya
Itu artinya, semua Warga Negara Indonesia (WNI) umur 17 tahun ke atas diwajibkan memiliki ATM. Rizal menyarankan agar pemerintah menunjuk BRI dan BNI. Sebab keduanya memiliki cabang di berbagai daerah. Selain itu juga memiliki satelit dan memiliki kapasitas komputer lima kali dari BCA.
Skemanya, setiap rakyat Indonesia, di atas usia 17 tahun harus punya ATM. Setiap bulan diberikan uang via ATM Rp 600.000 - Rp 800.000 untuk jangka waktu 6-8 bulan. Total dana Rp 300 triliun.
Baca: Viral Kakek PDP Ngamuk Ingin Keluar dari Ruang Isolasi, Dobrak Pintu Sampai Buat 2 Petugas Menyerah
Namun, lanjut Rizal, harus dilihat balance-ATMnya, apabila kecil kurang dari Rp 500.000, maka diberikan, namun mereka yang memiliki balance tinggi misalnya yang diatas Rp 1.000.000 maka tidak usah diberikan. Sehingga memang betul-betul untuk rakyat kecil dan pekerja harian.
"Mereka akan lebih hemat. Kalau sekarang mereka diberikan paket 10 jenis, mungkin yang mereka perlukan hanya 3 jenis. Mereka akan lebih hemat dan mereka tidak keberatan untuk lock-out, tinggal di rumah, karena ada uang untuk makan," urainya.
Jika hal ini dilakukan, maka, Bank BRI bisa menjadi bank paling besar di Asia Tenggara walaupun transaksinya di bawah satu juta.
"Dan itu modal yang besar untuk BRI dan BNI nanti menguasai pasar ASEAN. Kesulitan harus kita jadikan kesempatan," pungkas Rizal Ramli.
Baca: Pandemi Corona Memaksa Polandia Tunda Pemilihan Presiden Tahun Ini
Sehingga, hal tersebut sekaligus mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan penetrasi perbankan. Justru pada waktu krisis ini kesempatan itu terbuka lebar.
Kesulitan ini memaksa setiap orang memiliki ATM sehingga bank-bank kita bisa menjadi lebih besar. Tidak hanya itu saja. Seluruh kompilasi data bisa digunakan sebagai big data analysis untuk segmentasi nasabah-nasabah.
Dengan demikian, di masa datang jika ada masalah, bisa menargetkan bantuan sosial ke segmen yang betul-betul tepat sasaran.
Baca: Menurut Anies, Pemprov DKI Lebih Dulu Salurkan Bansos Daripada Pemerintah Pusat
"Ini adalah BAT istilah saya yaitu Bantuan ATM Tunai (BAT) atau Bantuan ATM Sosial (BAS)," tegas Rizal.