Legislator PKS Sarankan Pemerintah Beri Insentif Fiskal Hindari Gelombang PHK
Hal ini menjadi kabar buruk bagi perekonomian Indonesia, sebab industri manufaktur adalah penyumbang terbesar PDB 2019.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI fraksi PKS Amin AK menyarankan Pemerintah untuk memberikan insentif fiskal dan kemudahan perizinan bagi dunia Industri dan pelaku UMKM di tengah pandemi virus corona (covid-19).
Hal itu disarankannya untuk meminimalisir terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Instrumen fiskal diberikan tepat sasaran dan tepat jumlah (anggarannya). Pilihan instrumennya adalah Pembebasan bea impor bahan baku bagi industri, insentif pajak dan subsidi harga khusus produksi UMKM," kata Amin melalui keterangnnya, Jumat (10/4/2020).
Baca: HOAKS Kabar Hembusan Angin Wabah Corona hingga Larangan Keluar Rumah selama 3 Hari
Baca: Ini Imbauan Ketua PBNU dalam Melaksanakan Ibadah di Bulan Ramadhan, Mulai Tarawih hingga Tadarus
Menurutnya, karyawan terkena PHK dan dirumahkan itu dikarenakan dua hal.
Pertama, karena permintaan (Demand) barang menurun secara drastis.
Kedua, karena adanya kebijakan Social Distancing akibat mewabahnya covid-19.
"Pada pekan ke-4 sejak Kebijakan Pembatasan Sosial diberlakukan, Gelombang PHK terus bermunculan," ujarnya.
Kata dia, industri manufaktur adalah yang pertama kali terpukul akibat wabah covid-19, seperti pabrik garmen, tekstil, otomotif, dan elektronik.
Mereka semua harus mengencangkan ikat pinggang.
Padahal, menjelang Ramadhan, industri manufaktur semestinya menggenjot produksi, tapi kini justru buruh libur bergantian, tidak ada lembur, sebagian dirumahkan dan di-PHK.
Hal ini menjadi kabar buruk bagi perekonomian Indonesia, sebab industri manufaktur adalah penyumbang terbesar PDB 2019, sebesar 19,62 persen.
Menurunnya performa industri manufaktur akan berdampak signifikan terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi, dan akibatnya menurunkan lapangan kerja.
"Kondisi Industri seperti ini (dan diperkirakan akan terjadi dalam waktu yang lama sepanjang tahun 2020), karena tidak ada satu pihak pun yang dapat memprediksi kapan wabah ini akan berakhir," ujarnya.
Untuk mengatasi hal itu, perusahaan, industri atau bisnis apapun juga harus memiliki kelenturan (agility) pada produk dan berbagai varian barang produksi dan jasa.
Misalnya mengubah line productionnya dari garmen pakaian atau T-Shirt menjadi produksi APD dan masker.
Kemudian dari industri produksi mesin industri menjadi pengadaan alat ventilator.
"Atau Industri kimia yang memproduksi Handsanitizer, Vitamin dan lain-lain. Industri Perhotelan yang menyediakan kamar untuk isolasi bagi ODP dan PDP," ujarnya.