Dirut Garuda Dipecat
Bosnya Tersandung Penyelundupan Harley, Bagaimana Saham Garuda?
Penurunan saham ini tidak lepas dari berbagai sentimen negatif yang membayangi perusahaan penerbangan plat merah itu.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pencopotan Direktur Utama PT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mempengaruhi harga saham perusahaan berkode emiten GIAA itu.
Pada perdangan Jumat (6/12), saham GIAA turun 2,42% atau 12 poin ke level 484. Adapun selama sepekan ini saham GIIA juga cenderung terkoreksi 2,42%.
Penurunan saham ini tidak lepas dari berbagai sentimen negatif yang membayangi perusahaan penerbangan plat merah itu.
Salah satunya kasus penyelundupan Harley Davidson yang dilakukan direksi Garuda Indonesia.
Berdasar data yang dihimpun, negara berpotensi mengalami kerugian hingga Rp 1,5 miliar dengan adanya penyelundupan ini.
Kasus ini yang kemudian membuat Menteri Bahan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi mencopot Ari Askhara dari jabatannya Direktur Utama PT Garuda Indonesia (persero) Tbk., Kamis (5/12).
Baca: Mengungkap Awal Mula Isu Selingkuh Ari Askhara Eks Dirut Garuda dengan Pramugari Cantik
Walaupun dibayangi sentimen negatif, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan melihat pasar masih menaruh kepercayaan terhadap GIAA.
Hal ini terlihat dari performa GIAA yang secara year to date (ytd) masih menghijau. Berdasar RTI business, saham GIAA menguat 62,42% ytd.
" Saya melihat pasar sudah bisa memisahkan case non-fundamental, khususnya lebih kepada personal," katanya ketika ditemui, Jumat (8/12).
Asal tahu saja, berdasar penelusuran, GIAA diselemiuti beberapa isu tidak sedap di masa jabatan Ari Askhara, seperti dugaan duopoli Garuda Indonesia dan Lion Air, rangkap jabatan direktur Garuda Indonesia, diduga monopoli umroh, kasus laporan keuangan Garuda.
Beredar kabar pemogokan karyawan, berseteru dengan Youtuber Rius Vernandes, hingga peringkat Garuda Indonesia di dunia turun di posisi 11 dari sebelumnya posisi tujuh.
Pasar masih melihat faktor fundamental perusahaan. Hal ini terlihat dari kasus-kasus yang menerpa GIAA dalam jangka waktu setahun, akan tetapi sahamnya masih bisa bertahan di harga RP 484.
Alfred menilai kenaikan harga tiket ternyata itu yang mampu membuat pendapatan GIAA cukup stabil, sementara dari sisi efisiensi operasionalnya juga berjalan dengan baik.
Kasus personal ini tidak mengganggu sisi operasional secara signifikan. Justru, lanjut Alfred, pasar akan melihat adanya perbaikan dan perubahan di BUMN, khususnya di Garuda Indonesia.
Apalagi setelah ini akan ada pergantian direksi melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di bulan Desember.