Sabtu, 4 Oktober 2025

Kelapa Sawit, Industri yang Paling Memungkinkan Dibawa Masuk ke Berbagai Pelosok Indonesia

Kelapa sawit bagi Indonesia merupakan anugerah yang membewa berkah dan solusi untuk membuka isolasi sekaligus memajukan daerah

Penulis: Sugiyarto
Istimewa
Kelapa sawit. 

Indonesia juga telah terbukti menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia, sesuai dengan instruksi presiden untuk menggencarkan ekspor nonmigas demi mendorong neraca perdagangan Indonesia.  

Membuka Jalan dan Isolasi

Kodim salah satu tetua adat di Dusun Nanga Bian, Desa Tua’ Abang, Semitau, Kapuas Hulu, menceritakan , turun temurun warga di daerahnya adalah bertani padi dan mencari ikan dan berburu, termasuk dirinya.

“Ladang kami berpindah-pindah, letaknya jauh dari kampung, jadi kami sering hidup di ladang, hanya sesekali balik ke kampung,” ujarnya mengenang kehidupannya di masa lalu.

Kehidupannya dari bertani dan mencari ikan hanya cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Tidak ada kemajuan. Dari generasi ke generasi kehidupannya hanya begitu, sekedar bertahan hidup.

“Mencari ikan memang gampang, bisa dapat banyak, tapi tidak bisa menjualnya. Kalaupun dijual, harganya murah. Warga bisa cari ikan sendiri-sendiri, tidak ada yang mau beli, Begitu juga hasil pertanian, di jual murah dan susah membawanya ke pembeli, karena tidak ada jalan, hanya naik perahu, jauh,” katanya.

Pernah masuk perkebunan karet ke daerahnya yang memberi harapan kehidupan lebih baik, tapi saat mulai panen karet, harga karet jatuh. Murah baget.

“Kamipun patah semangat. Kami bersemangat lagi setelah ada perkebunan sawit masuk, yang banyak memberi harapan. Kami bisa pekerja di perkebunan, sekaligus bisa memiliki tanaman sawit di lahan kami,” ungkapnya.

Menurutnya, hadirnya kebun kelapa sawit ke daerahnya banyak membawa perubahan. “Dari segi ekonomi, kehidupan kami lebih baik”.

“Contoh sederhana saja, kalau dulu kami datang ke warung gak bawa duit, gak bakal dilayani. Karena memang tidak ada hasil yang dapat kami pakai untuk membayarnya nanti.”

“Tapi sekarang, pasti dilayani karena kami pasti dapat duit bayaran dari kerja kami. Ada kepastian penghasilan sebagai pekerja di kebun. Kalau dulu, kami hanya bertani dan mencari ikan, yang belum tentu hasilnya,” jelas.

Pesawat jenis Thras milik PT Elang Nusantara Air yang jatuh di areal perkebunan kelapa sawit di Blok G-H 47 Cendana Estate, Dusun Carik, Desa Belaban, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (3/11/2018)(Dok. Humas Polda Kalbar)
 

Di luar itu, Kodim menceritakan kemajuan di daerahnya sejak ada perkebunan sawit beberapa tahun lalu. Kalau dulu tidak punya jalan, sekarang jalan lebar dan nyambung ke mana-mana.

Mobil, truk dan motor dengan gampang masuk ke daerahnya.  Kehadiran kebun sawit di daerahnya membukan jalan lebar-lebar, meski masih berupa tanah dipadatkan.

“Kalau dulu tidak ada jalan. Kami kemana-mana lewat sungai pakai perahu. Lama dan jauh. Sekarang gampang, jalan sudah lebar-lebar dan nyambung ke mana-mana. Banyak warga yang punya mobil dan motor,” Kodim berapi-api bercerita.

Masih ada lagi kemewahan, yang menurut Kodim bisa dinikmati warga. Sinyal telepon bisa masuk, sehingga komunikasi ke mana-mana lebih mudah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved