PT Trisula Textile Industries Tbk Catatkan Kenaikan Laba Bersih Sebesar 62 Persen
Laba bersih Perseroan menjadi Rp 24,02 miliar dari realisasi laba bersih tahun 2017 sebesar Rp 14,95 miliar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten tekstil dan perdagangan tekstil, PT Trisula Textile Industries Tbk berkode BELL telah membukukan kinerja yang positif sepanjang 2018 seiring dengan kenaikan penjualan tekstil yang ditopang oleh pasar domestik dan luar negeri.
BELL berhasil mencatat penjualan sebesar Rp 561,37 miliar atau 116,40% dari target sebesar Rp 482,27 miliar.
"Hasil penjualan tersebut naik 26% dibandingkan realisasi penjualan tahun 2017 sebesar Rp 446,13 miliar," kata R Nurwulan Kusumawati, Direktur Administrasi merangkap Sekretaris Perusahaan usai menyelenggarakan RUPS Tahunan Tahun Buku 2018 serta RUPS Luar Biasa, Direksi Perseroan melanjutkan kegiatan Paparan Publik (Public Expose) di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Kenaikan penjualan itu, telah mendorong laba bersih Perseroan juga naik 61% menjadi Rp 24,02 miliar dari realisasi laba bersih tahun 2017 sebesar Rp 14,95 miliar.
"Adapun laba atribusi entitas induk juga naik 62% menjadi Rp 21,44 miliar dari tahun sebelumnya Rp 13,24 miliar," katanya.
Direktur Utama PT Trisula Textile Industries Tbk, Karsongno Wongso Djaja menyatakan, kinerja tersebut dicapai di tengah kondisi industri tekstil dalam negeri yang belum kondusif.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekspor industri tekstil tahun lalu justru turun menjadi US$4,651 miliar dari 2017.
Baca: Ingin Pemain Vietnam Tampil di Liga Champions, Konglomerat Beli Saham Klub Eropa
Ekspor pakaian jadi, yang merupakan produk hilir industri tekstil, tercatat senilai US$8,62 miliar atau tumbuh 8,9% secara tahunan.
“Selain itu, pasar tekstil domestik terus tertekan oleh serbuan bahan baku dan produk tekstil impor dengan harga yang sangat murah. Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekspor tekstil kurang dari 3%, sedangkan impor tumbuh lebih dari 20%,” ujar Karsongno.
Namun di tengah kondisi itu, Perseroan mampu menerapkan beberapa strategi peningkatan kinerja, di antaranya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk melalui program restrukturisasi, rekondisi dan revitalisasi mesin mesin di setiap departemen produksi.
Serta dari sisi sistem Perseroan juga melakukan improvement melalui reimplementasi SAP versi terbaru untuk menunjang proses operasi menjadi lebih efektif.
Perseroan juga konsisten mengembangkan produk-produk kompetitif dan inovatif guna memenuhi kebutuhan pasar dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Perseroan memperkuat fokus pada segmen seragam (uniform) sekaligus terus berupaya meningkatkan pangsa pasar (market share) ritel, baik pasar domestik maupun luar negeri.
Baca: Fashion Show Busana Sampah Peringati Hari Kartini di Rutan Medaeng, Rutan Ahmad Dhani Ditahan
“Kami juga aktif berpartisipasi dari tender-tender di berbagai instansi Pemerintah, BUMN, rumah sakit, perusahaan swasta dan perguruan tinggi untuk terus memperluas pasar,” ungkap Karsongno menambahkan.
Sepanjang tahun lalu, penjualan terbesar (94,39%) diperoleh dari pasar lokal yang mencapai Rp 529,86 miliar, atau naik 25% dari tahun 2017 sebesar Rp 423,69 miliar, sementara ekspor juga naik 40,41% menjadi Rp 31,51 miliar dari Rp 22,44 miliar.
Menariknya, porsi ekspor terhadap total penjualan naik menjadi 5,61% dibandingkan dengan 2017 yakni 5,03%.
“Produk seragam masih menjadi andalan perseroan dengan menyumbang penjualan Rp 291,86 miliar atau 51,99% dari total penjualan. Secara rasio keuangan, rasio laba terhadap aset (ROA) naik menjadi 4,66% dari tahun 2017 sebesar 3,21% dan tahun 2016 hanya 1,98%. Rasio laba terhadap total ekuitas (ROE) mencapai 9,23%, naik dari tahun 2017 sebesar 6,21% dan 2016 sebesar 4,01%. Aset perusahaan tahun lalu Rp 514,96 miliar, naik sebelumnya Rp 465,97 miliar,” tambah R. Nurwulan Kusumawati.
Prospek Bisnis
Perseroan akan terus menangkap berbagai peluang yang ada. Handi Suwarto - Direktur Independen BELL mengatakan, BELL juga harus terus berkomitmen menjajaki lini, produk, maupun peluang investasi baru untuk mempertahankan kinerja serta keberlanjutan usaha.
Handi menjelaskan di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif antara 5%-5,4% dengan tingkat inflasi sekitar 2,5%-4,5%, Perseroan berencana kembali melakukan investasi di mesin weaving untuk menciptakan variatif produk, efisiensi, dan meningkatkan kualitas.
Katalis positif lain ialah dukungan Kementerian Perindustrian yang siap memfasilitasi industri tekstil dan produk tekstil yang berniat ekspansi, dengan memberi kemudahan mendapatkan mesin dan barang modal yang lebih cepat, serta jaminan akses terhadap ketersediaan bahan baku.
Perseroan juga terus melaksanakan program pengembangan produk, baik bahan baku maupun proses produksi, untuk menciptakan produk yang unik dan memiliki keunggulan.