Chatib Basri: Ada 60 Juta Kelas Menengah di Indonesia, Sangat Cerewet Soal Urusan Layanan Publik
"Saya menyebutnya mereka professional complainers. Mereka bagus agar Bu Sri Mulyani kerja lebih keras," ungkap Chatib Basri
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri mengatakan, kehadiran kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah penting dalam penentuan kebijakan pemerintah dan pelayanan publik.
Ia menyebut, masyarakat kelas ekonomi menengah di Indonesia saat ini jumlahnya mencapai sekitar 60 juta orang.
Chatib menilai mereka merupakan agen perubahan karena sikap mereka yang sering menyampaikan keluhan.
"Saya menyebutnya mereka professional complainers. Mereka bagus agar Bu Sri Mulyani kerja lebih keras," ungkap Chatib Basri dalam Forum A1 bersama Menkeu Sri Mulyani di Cikini, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
"Karena mereka bisa memaksa pemerintah untuk provide atau menyediakan peralatan atau jasa publik yang lebih baik. KTP lama, marah. SIM lama, marah. akibatnya sekarang jadi cepat (pelayanannya)," tambahnya.
Chatib Basri yang juga mantan menteri keuangan era Presiden SBY ini mencontohkan, pelayanan transportasi bus yang kian meningkat akibat adanya kritik dari masyarakat.
Baca: Di Bawah Bendera Baru, Renault Siapkan MPV Pesaing Xpander dan Avanza dengan Harga Kompetitif
"Dulu saya sekolah naik bus harga Rp.10 ada bus saja saya senang. Tahun 1980-an di jakarta naik patas AC. Kita senangnya luar biasa ada ac-nya. Kemudian transjakarta, ada yg complain sexual harrasment minta khusus perempuan. Jadi dari ada bus, ada AC, political correctness," jelasnya.
Menurut Chatib, kelas menengah yang disebutnya "cerewet" itu bisa berperan baik dalam peningkatan pelayanan dan kebijakan oleh pemerintah. Asalkan, kritikan yang disampaikan dalam batas wajar dan konstruktif.
"Peran kelas menengah yg cerewet itu bikin Bu Ani enggak tenang, kalau birokrat tidur nyenyak bahaya. Kalau saya udah keluar (dari pemerintahan) jadi enak tidurnya," kelakarnya.