Kamis, 2 Oktober 2025

Generasi Milenial Didorong Kembangkan EBT

Potensi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia besar karena tingkat kebutuhan energi tinggi.

Editor: Hasanudin Aco
Ist for ribunnews.com
Diskusi bertajuk 'Rencana Pengembangan Energi Terbaharukan dalam Perkembangan Infrastruktur Indonesia, Apakah Hanya Wacana' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (8/1/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potensi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia cukup besar. Pasalnya, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat setiap tahunnnya.

Mantan Ketua Komisi VII DPR, Milton Pakpahan mengatakan pemerintah menargetkan bisa mengoptimalkan EBT sebesar 23 persen pada 2030 mendatang. Sementara saat ini, pemanfaatannya hanya sekitar 5-6 persen dari total penggunaan energi di Indonesia.

"Kita punya potensi 29 ribu megawatt panas bumi, 75 ribu Megawatt tenaga air, 133,3 ribu Megawatt tenaga angin, 532 ribu Megawatt tenaga panas matahari, 18 ribu Megawatt tenaga gelombang dan 30 Megawatt tenaga nuklir," ujar dia dalam diskusi bertajuk 'Rencana Pengembangan Energi Terbaharukan dalam Perkembangan Infrastruktur Indonesia, Apakah Hanya Wacana' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (8/1/2019).

Baca: Pertamina Energy Forum 2018 Dapat Dukungan dalam Pengembangan Energi Terbarukan

Milton menambahkan bahwa pemuda harus dilibatkan dalam pengembangan EBT. Kampus-kampus harus membentuk fakultas atau prodi terkait energi baru terbarukan.

"Semakin banyak yang berpartisipasi, tentu akan berdampak positif. SDM kita punya potensi yang luar biasa dalam hal pengembangan EBT," jelas dia.

Senada, Direktur Eksekutif Rumah Millennial Defli Yuandika Ruso menjelaskan pentingnya generasi milenial membahas tentang EBT. Pasalnya EBT merupakan kepentingan milenial saat ini dan di masa yang akan datang.

"Karena secara demografi, generasi milenial akan mendominasi jumlah penduduk Indonesia. Ketersediaan energi di masa mendatang akan mempengaruhi kualitas hidup generasi milenial," jelas dia.

"Akan semakin banyak energi yang dibutuhkan di masa yang akan datang," lanjut Defli.

Defli memaparkan bahwa perbandingan antara peningkatan produksi energi, jumlah penduduk dan kebutuhan energi yang terus meningkat dari tahun ke tahun harus disikapi kaum milenial.

Hambatan Regulasi dan Tingginya Target Pemerintah

Direktur Teknik dan BD Waskita Karya Energi, Hokkop Situngkir mengatakan bahwa pengembangan EBT berkembang lambat disebabkan beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut antara lain faktor regulasi.

"Pemerintah sering tidak konsisten dalam menerapkan peraturan soal EBT sehingga menyulitkan investor," jelas dia.

Hokkop juga menyoroti soal faktor infrastruktur, di mana saat ini belum ada fasilitas yang menyambungkan energi dari sumber (biasanya terletak di remote area) ke konsumen.

"Termasuk faktor kesadaran masyarakat, banyak dari kita belum menganggap EBT sebagai hal penting di masa depan," beber dia.

Hokkop menambahkan bahwa Industri EBT sangat besar potensinya. Industri energi baru terbarukan dapat melahirkan lapangan kerja baru. Di beberapa negara maju, industri manufaktur mendukung pengembangan EBT.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved