Respons BI Atas Neraca Dagang Oktober yang Defisit Hingga 1,82 Miliar Dolar AS
Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 8,8 miliar dolar AS atau setara 3,37 persen PDB.
Penulis:
Syahrizal Sidik
Editor:
Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2018 mengalami defisit sebesar 1,82 miliar dolar AS. Tercatat, nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2018 mencapai 15,80 miliar dolar AS.
Sedangkan nilai impornya mencapai 17,62 miliar dolar AS, naik 20,60 persen dibanding September 2018.
Defisit tersebut dipicu oleh sektor migas yang mengalami defisit sebesar 1,43 miliar dolar AS, naik 26,97 persen dari September 2018 dan nonmigas sebesar 0,39 miliar dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, impor memang masih cukup tinggi. Salah satunya, karena dipengaruhi oleh kenaikan impor untuk kebutuhan proyek- proyek infrastruktur Pemerintah.
Namun impor tersebut masih bersifat produktif karena barang modal.
Baca: Sore Tadi Saham Garuda Ditutup Terbang 19 Persen
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor bahan baku memang mengalami peningkatan sebesar 22,59 persen menjadi 13,37 miliar dolar AS dan peningkatan tahunannya mencapai 23,10 persen.
Untuk impor barang modal meningkat sebesar 15,57 persen menjadi 2,75 miliar dolar AS dipicu oleh masih banyaknya impor mesin.
Baca: Akbar Rais dan Alinka Janjikan Aksi Drifting Spesial di Intersport World Stage Akhir Pekan Ini
“Impor barang modal sejalan dengan pembangunan infrastruktur, demikian juga investasi bangunan dan non bangunan,” kata Perry Warjiyo, Kamis (15/11/2018).
Mengingatkan saja, defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 8,8 miliar dolar AS atau setara 3,37 persen PDB.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar 8,0 miliar dolar AS 3,02 persen PDB.
Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2018 surplus 4,2 miliar dolar AS. “Secara keseluruhan tahun 2018, defisit transaksi berjalan diprakirakan tetap berada di bawah 3 persen PDB,” ungkap Perry.