Transcoal Pacific Tawarkan Saham Perdana Mulai Rp110,00 - Rp150,00 Per Saham
Hasil dana hasil IPO yang dihimpun seluruhnya akan digunakan calon emiten sebagai modal kerja yang akan digunakan untuk kegiatan operasional
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Transcoal Pacific Tbk siap melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 1.500.000.000 (satu miliar lima ratus juta) saham.
Jumlah ini setara 27,27 persen dari jumlah modal disetor yakni setelah Penawaran Umum (enlarged capital).
Manajemen Perseroan telah menunjuk Penjamin Pelaksana Emisi Efek PT Investindo Nusantara Sekuritas dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas.
Perusahaan jasa pelayaran yang berfokus pada transportasi laut dan logistik batu bara memiliki lokasi usaha di Sangatta, Bengalon - Kalimantan Timur serta di Asam-asam – Kalimantan Selatan. Perseroan juga mulai membuka lokasi tujuan ke luar negeri.
Direktur Utama PT Transcoal Pacific Tbk - Dirc Richard Talumewo mengatakan, potensi bisnis jasa transportasi dan logistik laut, termasuk angkutan batu bara, sangat terbuka lebar.
Apalagi cadangan batu bara dan hasil tambang lainnya juga masih melimpah di negeri ini sehingga menjadi peluang untuk jasa pengangkutan.
"Prospek bisnis kami juga ditopang kebutuhan jasa angkutan laut yang semakin banyak, selain dari komoditas batu bara," katanya di sela-sela Press Conference usai kegiatan IPO Due Diligence Meeting & Public Expose / Penawaran Umum Perdana Saham di Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Baca: IPO, Indonesia Kendaraan Terminal Tawarkan Harga Rp 1.610-Rp 2.250 per Saham
Richard menambahkan, kebutuhan PLN akan batu bara yang setiap tahun meningkat menjadi kesempatan besar dalam mengembangkan usaha Perseroan.
Katalis positif lainnya ialah langkah pemerintah memberi kemudahan dan kesempatan luas bagi usaha angkutan laut, termasuk angkutan batu bara lewat Permendag Nomor 82 tahun 2017.
“Aturan ini mewajibkan penggunaan kapal nasional untuk pengangkutan eksport batu bara. Asas Cabotage [angkutan dalam negeri wajib menggunakan kapal Indonesia] di wilayah hukum RI juga menjadi pendorong bisnis kami,” ungkap Richard.
Saat ini, bisnis Transcoal Pacific terbagi dalam 3 (tiga) lini utama yakni: pengangkutan batu bara atau coal transshipment (loading, underway, discharging/loading into vessel), pengangkutan jarak jauh batu bara atau long-hauling coal (loading, underway, dicharging di jetty PLTU), dan pengangkutan minyak Solar Industri atau CPO dengan oil barge (loading jetty, tug boat and oil barger, disharging jetty).
Adapun armada kapal yang telah dimiliki Perseroan hingga kini berjumlah 13 kapal tunda dan 12 tongkang, 1 Floating Terminal Station (FTS) serta alat-alat berat penunjang kegiatan operasional lainnya.
Direktur Keuangan Perseroan - Amril menjelaskan, untuk kegiatan IPO ini, Perseroan menggunakan laporan keuangan per Desember 2017 sebagai dasar valuasi.
Dari sisi kinerja, fundamental Perseroan sangat baik; untuk pendapatan usaha pada tahun 2017 mencapai Rp 650,38 miliar, naik 15% dari tahun 2016 sebesar Rp 565,13 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp 337,49 miliar.
"Hingga Desember 2017, aset Transcoal mencapai Rp 844,99 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp 112,82 miliar atau naik 15% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 732,17 miliar," katanya.