Minggu, 5 Oktober 2025

BI Buka Peluang Menaikkan Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia menyatakan membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate menyikapi perkembangan kondisi ekonomi...

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Syahrial Sidik
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat jumpa pers di Bank Indonesia, Kamis (26/4/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate menyikapi perkembangan kondisi ekonomi dalam negeri.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, bank sentral akan melakukan penyesuaian suku bunga acuan dengan catatan, apabila kondisi ekonomi termasuk nilai tukar rupiah yang depresiasinya mempunyai dampak buruk bagi stabilitas sistem keuangan.

Baca: Gelar Rapat Dengan Pemegang Saham, PGN Rombak Posisi Komisaris Utama dan Direksi

"Kita melihat bahwa itu tidak tertutup (suku bunga acuan naik), kita justru mengatakan terbuka kemungkinan itu apabila kondisi ekonomi termasuk nilai tukar itu depresiasinya mempunyai dampak buruk bagi stabilitas sistem keuangan,” kata Agus saat jumpa pers di Bank Indonesia, Kamis (26/4/2018).

Alasannya, mata uang garuda, secara month to date pada 1-26 April 2018, rupiah mengalami depresiasi sebesar -0,88 persen.

Baca: Sebut PAN Tidak Akan Merapat Ke Jokowi, Amien Rais: Manuver Zulkifli Hasan Hanya Sandiwara

Angka ini memang relatif lebih kecil dari beberapa negara lain seperti dolar Singapura yang terdepresiasi -1,17 persen, won Korea Selatan terdepresiasi -1,38 persen dan rupee India terdepresiasi -2,4 persen.

Lebih lanjut Agus menjelaskan, depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan penguatan mata uang AS (USD) terhadap hampir semua mata uang dunia (broad based).

Baca: Amien Rais: PAN Tidak Mungkin ke Jokowi, Titik

"Penguatan USD ini tersebut adalah dampak dari berlanjutnya kenaikan suku bunga obligasi negara AS hingga mencapai 3,03 persen, tertinggi sejak tahun 2013,” kata dia.

Selain itu, kata Agus, depresiasi rupiah juga terkait faktor musiman permintan valas yang meningkat pada triwulan II antara lain untuk keperluan pembayaran Utang Luar Negeri, pembiayaan impor, dan dividen.

Selain membuka ruang menaikkan suku bunga acuan, kata Agus, bank sentral juga melakukan langkah-langkah stabilisasi baik di pasar valas maupun pasar SBN (dual intervention).

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan depresiasi yang terlalu cepat dengan terus memantau seksama perkembangan perekonomian global.

Serta menyiapkan 2nd line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait dan senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas yang memadai baik valas maupun rupiah.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved