Rabu, 1 Oktober 2025

PGN Berpotensi Tambah Target Pasar setelah Bergabung dalam Holding

Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) alias PGN cenderung meroket sejak rencana holding migas menuai kesepakatan.

Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) alias PGN cenderung meroket sejak rencana holding migas menuai kesepakatan.

Yang teranyar, PGAS mengalihkan 13,8 miliar saham seri B ke Pertamina. Dengan begitu, Pertamina memegang saham PGAS sebesar 56,98%. Sedangkan, publik memiliki 43,04%.

Berdasarkan RTI, harga saham PGAS secara year to date (ytd) naik 38,29%. Per Selasa (13/3) harga saham PGAS turun 3,97% ke level Rp 2.420 per saham.

Baca: Hari Ini, Pejabat Bakamla Hadapi Putusan Hakim

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan, terlalu dini untuk memperhitungkan keuntungan yang bisa investor dapatkan dari PGAS setelah bergabung ke holding migas. Namun, menurutnya, bergabungnya PGAS ke Pertamina merupakan win win solution bagi kedua belah pihak.

"Masih banyak langkah kerja sama yang dilakukan PGAS dengan Pertamina setelah PGAS menyetujui untuk meger," kata William, Selasa (13/3).

Baca: Rayakan Pi Day, NASA Buat Teka Teki Pi in The Sky

Senada, Reza Priyambada, analis Binaartha Parama Sekuritas mengatakan, hingga saat ini belum ada keputusan dari Pertamina mengenai arah bisnis dan strategi PGAS.

"Saat ini investor masih wait and see mengenai arah bisnis PGAS dari Pertamina, apakah akan ada strategi dan target baru atau PGAS hanya akan berjalan apa adanya," kata Reza, Selasa (12/3).

Namun, menurutnya, PGAS berpotensi menambah jalur distribusi gas setelah masuk ke holding migas. "PGAS bisa manfaatkan jalur distribusi Pertagas," kata Reza.

Selain itu, PGAS juga berpotensi menambah target pasar baru untuk menjual gas kepada mitra bisnis Pertamina dengan tawaran gas sebagai energi alternatif baru. "Hal ini bisa jadi salah satu upaya meningkatkan valuasi dari PGAS, kalau diasumsikan Pertmina telah menyusun strategi untuk PGAS," papar Reza.

Baca: 3 Hacker Surabaya Bobol 600 Situs di 44 Negara, FBI Turun Tangan

Ke depan, konsekuensi yang mungkin dialami PGAS setelah bergabung dengan Pertamina adalah meminta persetujuan induk usaha ketika ingin melakukan aksi korporasi. Dahulu sebagai perusahaan BUMN, PGAS memiliki kewajiban untuk meminta izin aksi korporasi pada Dewan Perwakilan Rakyat.

"Mau tidak mau sekarang harus dapat persetujuan dari holding, kalau tidak dapat persetujuan ekspansi bisa terhambat," kata Reza.

Tahun lalu, PGAS masih mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 53% year on year (yoy) menjadi US$ 143 juta. Laba bersih PGAS memang cenderung tertekan dalam beberapa tahun belakangan. Reza mengatakan penyebab laba bersih masih tertekan karena harga gas banyak diintervensi pemerintah, sehingga PGAS tidak bisa menetapkan harga.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved