Selasa, 7 Oktober 2025

Pelesir ke Luar Negeri Sambil Belanja? Tarif Batas Barang Penumpang Kena Bea Masuk Kini 500 Dolar

Relaksasi yang dimaksud, mencakup tiga hal. Pertama, menaikkan thresholdimpor barang penumpang yang dikenakan bea cukai menjadi US$ 500 per orang

Editor: Choirul Arifin
Warta Kota
Petugas Aviation Security (Avsec) Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, memeriksa barang bawaan penumpang, Kamis (16/11/2017) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anda yang selama ini biasa menjadi penumpang di penerbangan internasional dan biasa membawa pulang barang belanjaan dari luar negeri boleh berlega hati.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merelaksasi batasan (threshold) pengenaan bea masuk bagi impor barang penumpang.

Hal tersebut diatur dalam revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 188/PMK 04/2010 Pasal 8 tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman. `

Relaksasi yang dimaksud, mencakup tiga hal. Pertama, menaikkan thresholdimpor barang penumpang yang dikenakan bea cukai menjadi US$ 500 per orang dari sebelumnya US$ 250 per orang.

Kedua, menghapus threshold untuk keluarga sebesar US$ 1000 per keluarga. Ketiga, menyederhanakan tarif bea masuk impor barang penumpang menjadi tarif tunggal sebesar 10%.

Keempat, menetapkan batas jumlah barang tertentu yang bebas bea masuk sepanjang digunakan untuk keperluan pribadi atau bukan untuk diperdagangkan. Beberapa di antaranya, 10 potong pakaian, dua barang elektronik, dua jam tangan, dan tiga tas.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, revisi PMK tersebut saat ini tengah diundangkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham). Beleid itu akan berlaku, "Sejak PMK diundangkan," kata Sri Mulyani, Kamis (28/12).

Lebih lanjut ia menyebut, kenaikan threshold tersebut mempertimbangkan jumlah penumpang yang membawa barang semakin banyak, kelas menengah yang melakukan perjalanan juga semakin banyak, dan pendapatan per kapita Indonesia juga meningkat.

Menurut Sri Mulyani, batasan tersebut jauh lebih tinggi dibanding Kamboja yang sebesar US$ 50, Malaysia US$ 125, dan Thailand US$ 285 per orang. Namun, batasan itu masih di bawah Singapura dan China yang masing-masing sebesar US$ 600 dan US$ 764 per orang.

"Tetapi Singapura income per kapitanya jauh di atas kita," kata Sri Mulyani.

Sementara penerapan tarif tunggal, dilakukan dengan mengadopsi tarif bea masuk impor barang penumpang yang diterapkan negara-negara lain. Misalnya, Singapura 7%, Jepang 15%, dan Malaysia 30%.

Baca: Aksi Balasan Trump, Pangkas Anggaran Bantuan AS untuk PBB

Baca: Polisi Sudah Kantongi Identitas 7 Anggota Geng Motor yang Buron, Tinggal Ciduk

Meski dibebaskan dari pungutan bea masuk, Sri Mulyani menegaskan bahwa impor barang penumpang ini tetap dikenakan tarif lainnya. Yaitu, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh).

Tak hanya merelaksasi empat poin itu, Sri Mulyani dalam PMK tersebut juga memudahkan prosedur penumpang yang akan membawa barang-barang ke luar negeri untuk dibawa kembali ke Indonesia sehingga saat tiba di bandara Indonesia mendapatkan kepastian dan kelancaran pengeluarannya melalui layanan one stop service yang melayani selama 24 jam dalam tujuh hari.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved