Selasa, 30 September 2025

Nonot Harsono : Interkoneksi Perlu Dipahami Secara Sederhana, Tidak Perlu Bawa KPK dan BPK

Tanpa interkoneksi, masyarakat pengguna hanya bisa melakukan panggilan telepon on-net (dalam jaringan satu operator)

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Nonot Harsono : Interkoneksi Perlu Dipahami Secara Sederhana, Tidak Perlu Bawa KPK dan BPK
TELKOMSEL
Ilustrasi Menara BTS

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Polemik tarif interkoneksi dinilai tidak perlu dibawa ke ranah hukum dengan menyeret lembaga negara seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Seluruh pihak diminta memahami bahwa persoalan interkoneksi itu sederhana yang ujungnya menguntungkan bagi masyarakat luas.

Nonot Harsono, mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) periode 2009-2015, menegaskan hal itu menanggapi komentar dari petinggi BPK dan isu di media bahwa polemik interkoneksi akan dibawa ke KPK.

“Andai negara memilih sistem monopoli dalam menyediakan jaringan komunikasi bagi masyarakat, maka tentu tidak ada keributan interkoneksi karena hanya ada satu operator yang melayani seluruh rakyat," kata Nonot dalam keterangan tertulis, Senin (5/9/2016).

Namun, negara memilih sistem persaingan (multi operator) ada lebih dari satu jaringan komunikasi.

Sebagian masyarakat menjadi pelanggan dari satu operator, sebagian lagi memilih menjadi pelanggan operator yang lain.

Karena itu, lanjut dia, agar pelanggan dari setiap operator dapat terhubung dengan pelanggan dari operator yang manapun, semua jaringan komunikasi itu harus saling tersambung (ber-interkoneksi).

Karena itulah Undang-Undang Telekomunikasi mewajibkan interkoneksi antar jaringan (Pasal 25 UU 36/1999 dan Pasal 20-25 PP No 52 tahun 2000).

Tanpa interkoneksi, masyarakat pengguna hanya bisa melakukan panggilan telepon on-net (dalam jaringan satu operator) dan tidak mungkin off-net (lintas operator).

Di sisi lain, jika tidak ada interkoneksi, masyarakat harus menjadi pelanggan semua operator dan memiliki SIM card minimal sebanyak jumlah operator.

“Jika dia hanya punya satu hp, maka dia harus buka-tutup hp untuk gonta-ganti SIM card agar bisa menelepon ke semua nomor. Atau dia harus punya banyak hp. Terbayang betapa ribetnya. Karena itu, interkoneksi diwajibkan demi melayani masyarakat,” paparnya.

Dia menambahkan hal yang menjadi perhatian dalam interkoneksi adalah berapa trafik outgoing-call ke operator lain dan berapa incoming-call dari operator lain.

Trafik dua arah ini menentukan selisih biaya antara (outgoing-traffic x tarif) dan (incoming-traffic x tarif).

“Orang bisa salah persepsi jika hanya melihat trafik satu arah,” jelasnya.

Jika trafik telepon ke operator lain (outgoing-traffic) sama dengan trafik yang diterima dari operator lain (incoming-traffic), kata dia, maka kedua operator itu sama-sama impas. Artinya, biaya interkoneksi yang harus dibayar sama dengan yang diterima.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan