Senin, 6 Oktober 2025

Kementan Mengklaim Berhasil Turunkan Harga Pangan Pokok usai Lebaran

Menurut Suwandi, agar harga pangan pokok pada Lebaran tahun depan menjadi lebih baik, perlu dilakukan peningkatan kualitas tata kelola pangan

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pedagang daging sapi melayani pembeli di Pasar Cihaurgeulis, Jalan Surapati, Kota Bandung, Senin (4/7/2016). Memasuki H-2 Lebaran harga daging sapi di berbagai pasar tradisional di Kota Bandung kembali naik dari Rp 110.000 - Rp 120.000 per kg menjadi Rp 120.000 - Rp 130.000 per kg. Meski demikian, itu tidak mempengaruhi daya beli masyarakat menjelang Idul Fitri, seperti di jongko ini pembeli meningkat hingga 50 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga pangan pokok pascalebaran di DKI Jakarta per tanggal 8 Juli 2016 turun dibandingkan hari sebelumnya.

Berdasarkan hasil pantauan dan data Info Pangan Jakarta, harga daging sapi has turun Rp 9.410 per kg, beras premium turun Rp 760 per kg, daging ayam ras turun Rp 2.000 per kg, bawang merah turun Rp 1.250 per kg, cabai merah turun Rp 2.100 per kg, cabai keriting turun Rp 3.000 per kg, dan kentang Rp 1.350 per kg.

Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan penurunan harga pangan pokok terjadi oleh berbagai faktor.

Hal ini dilihat dampak dari masif dan intensifnya kegiatan pasar murah yang dilakukan pemerintah khususnya Kementan, di samping efek psikologi dari Ramadan dan lebaran sudah berakhir serta demand menurun karena masih mudik.

"Untuk diketahui operasi pasar murah tahun ini lebih masif telah merambah ke lapak-lapak yang ada pasar tradisional," katanya di Jakarta, Minggu (10/7/2016).

Menurut Suwandi, agar harga pangan pokok pada Lebaran tahun depan menjadi lebih baik, perlu dilakukan peningkatan kualitas tata kelola pangan.

Pertama, peningkatan antisipasi dimulai dari aspek hulu.

"Saat ini pun sudah dilakukan antisipasi satu musim sebelumnya secara baik sehingga pasokan cukup," ungkap Suwandi.

Kedua, perlu fokus perbaikan pada aspek hilir. Ini dapat dilakukan dengan memperlancar distribusi pasokan, pengelolaan sistem logistik, penanganan tata niaga, dan stabilisasi harga. Pada aspek hilir ini fokusnya yaitu mendekatkan konsumen ke produsen dan sebaliknya.

Pada pelaksanaannya, Toko Tani Indonesia (TTI) yang sudah dibangun Kementan bergandeng bersama-sama dengan Bulog, koperasi, dan pelaku usaha lainnya. Mereka akan membeli langsung ke petani atau kelompok tani atau gabungan kelompoktani (gapoktan) dan menjual langsung ke konsumen.

"Untuk itu, sejak awal pelaku di hilir mesti bermitra dengan para petani atau kelompoktani sebagaimana telah dilakukan TTI. Untuk jenis produk yang tahan disimpan lebih mudah dilakukan pengelolaan stok dan diperkuat sistem logistik yang ada," papar Suwandi.

Intinya, lanjut Suwandi, ke depan dalam jangka menengah dan panjang itu membangun secara permanen menjamin agar pasokan pangan dari sentra produksi mengalir ke konsumen secara lancar. Selain itu, pangan tersedia secara cukup dengan harga wajar atau terjangkau masyarakat.

"Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian," kata Suwandi.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved