Fluktuasi Pasar Modal Indonesia Dipengaruhi Tiga Hal Ini
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai ada tiga hal yang mempengaruhi fluktuasi pasar modal Indonesia saat ini.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai ada tiga hal yang mempengaruhi fluktuasi pasar modal Indonesia saat ini.
Pertama, stabilitas kurs rupiah terhadap mata uang negara lain, khususnya dolar Amerika Serikat yang sangat dipengaruhi kondisi global.
"Saya percaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah serta akan terus berupaya maksimal untuk membuat nilai tukar rupiah kembali stabil," ujar Tito, Jakarta, Sabtu (23/1/2016).
Kedua, kata Tito, rentang (spread) antara laju inflasi dengan suku bunga acuan perbankan yang terlalu lebar.
Sedangkan di negara-negara lain justru menerapkan negatif spread dengan menekan tingkat suku bunga perbankannya demi memacu pertumbuhan ekonominya.
"Alasan ketiga adalah banyak investor yang menunggu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia," ucapnya.
Tito menilai, jika daya beli masyarakat Indonesia membaik.
hal tersebut secara tidak langsung tentunya akan berimbas positif terhadap kenaikan laba emiten di BEI sehingga akan meredam fluktuasi di pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Di sisi lain, BEI sendiri terus berupaya meredam fluktuasi di pasar modal Indonesia dengan cara meningkatkan jumlah investor domestik.
kata dia, tidak dapat dipungkiri bahwa aliran dana investor asing di pasar modal Indonesia masih berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Sebagai contoh, lanjut Tito, manajer investasi asing terbesar di dunia seperti BlackRock (BlackRock Investment Management LLC) yang memiliki dana sekitar Rp 77 triliun akan mudah untuk masuk dan mengoleksi saham-saham di BEI.
Apalagi di Amerika Serikat, masih banyak manajer investasi yang memiliki dana besar yang dapat masuk ataupun keluar dari pasar modal Indonesia dalam periode singkat.
"Jadi pasar modal Indonesia terlalu kecil. Makanya kami terus berupaya memperbesar pasar dengan meningkatkan jumlah emiten ataupun jumlah investor," jelas Tito.