Minggu, 5 Oktober 2025

BI: Pelemahan Rupiah Tidak Lebih Buruk dari Euro dan Dolar Australia

Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak seburuk mata uang negara lain

Editor: Sanusi
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas menghitung mata uang dolar AS yang ditukar warga di Golden Money Changer, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (12/5). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak seburuk mata uang negara lain seperti euro, Swedia krone, Norwegia Krone, dan dolar Australia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, pasar keuangan pada saat ini terus mengantisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed), sehingga terjadi penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia.

"Januari 2015 sampai kemarin, mata uang euro itu terdepresiasi sekitar 10 persen, Swedia krone, Norwegia krone itu terdepresiasi 11 persen, dolar Australia 11 persen, dan rupiah sekitar 8 persen sampai 8,5 persen jadi rupiah menguat terhadap mata uang itu," tutur Mirza di gedung BI, Jakarta, Jumat (7/8/2015).

Dengan kodisi tersebut, kata Mirza, jika importir Indonesia melakukan perdagangan kepada negara-negara tersebut dan dapat dibayar dengan mata uang negaranya, maka importir dalam negeri mendapatkan keuntungan.

"Jadi memang akan baik, diversifikasi cara pembayaran impor tidak hanya dibayar dengan dolar AS, tapi bisa dibayar euro, dolar Australia. Itu akan lebih baik untuk Indonesia dan emerging market (negara berkembang)," ujar Mirza.

Kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini, rupiah berada di level Rp 13.536 atau melemah 7 poin dari hari sebelumnya di posisi Rp 13.529 per dolar AS.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved