Jumat, 3 Oktober 2025

INDEF: Kenapa Riweh Ambil Devisa dari Sektor Migas

Nilai ekspor sektor migas saat ini tidak menggunakan Letter of Credit (LC) untuk mengambil devisa negara.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sugiyarto
TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Massa aksi dari aliansi BEM se Pekanbaru berunjuk rasa di depan gate Komplek Chevron, Pekanbaru, Jumat (27/3/2015). Dalam aksinya mahasiswa mendesak pemerintah agar menasionalisasi aset dan memberantas mafia migas. Selain itu massa juga menolak kenaikan harga BBM serta mengembalikan subsidi BBM dan mendesak agar harga bahan pokok diturunkan. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai ekspor sektor migas saat ini tidak menggunakan Letter of Credit (LC) untuk mengambil devisa negara.

Pasalnya sektor migas masuk pengecualian dan saat ini sudah direvisi melalui Peraturan Menteri Perdagangan No 4 tahun 2015

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pengecualian sektor migas tidak benar.

Alasan pemerintah mengecualikan sektor tersebut karena dinilai transparan dan akuntabel dalam memberikan penerimaan negara.

"Ketika ada kebijakan untuk meningkatkan devisa maka diterbitkan LC, tapi setelah itu sektor migasnya protes, lalu dikecualikan," ujar Enny, Minggu (5/4/2015).

Enny memaparkan jika Peraturan Menteri Perdagangan belum bisa dilaksanakan dengan baik, sektor lain akan meminta pengecualian yang sama.

Dengan begitu setoran devisa dari ekspor tidak bisa diaudit dan penerimaan negara berkurang, tergantung kemauan eksportir.

"Nanti bisa bisa semua minta dikecualikan," kata Eny

Eny pun bingung etika ada pejabat negara yang mengatakan bahwa migas tidak perlu. Meski sudah sudah transparan, Eny heran kenapa sektor migas masih sulit memakai LC.

"Kenapa harus riweh ketika mau dikenakan LC? Kenapa harus riweh?," papar Eny.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved