Jumat, 3 Oktober 2025

Peluang Usaha: Bisnis Es Kering Bisa Bikin Banjir Laba

Cara ini haruslah alami agartidak membahayakan orang yang mengonsumsi makanan itu

Editor: Hendra Gunawan
dokumen
Es kering 

Fanny mengatakan, dulunya proses pembersihkan yang juga akrab dengan nama peledakan (blasting) ini menggunakan pasir. Akan tetapi, pasir justru merepotkan karena setelah peledakan dilakukan, pasir harus dibersihkan juga. “Sementara kalau menggunakan es kering, tidak perlu dibersihkan dua kali karena es menguap,” jelasnya.

Dus, sejak 2010, Fanny menambah lini bisnis dry ice blasting. Proses peledakan ini menggunakan es kering butiran. Untuk peledakan ini dipakai mesin blasting dan kompresor.

Prosesnya sederhana saja. Es kering dihantamkan pada permukaan mesin yang ingin dibersihkan. Dry ice yang menempel secara bersamaan mengangkat kontaminan atau kotoran dari permukaan mesin. Suhu yang rendah juga membuat es kering lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri pada mesin.

Fanny menceritakan, permintaan untuk es kering butiran muncul pada 2006. Saat itu, ia baru mengetahui bahwa salah satu konsumennya memakai es kering untuk membersihkan mesin. Lantaran es kering hanya berbentuk balok, si pembeli pun harus menyerut es kering hingga berbentuk butiran. “Metode dry ice blasting ini sudah lama ditemukan di luar negeri, tapi di Indonesia baru ada pada 2006,” kata Fanny.

Dari situ, Fanny melihat peluang untuk memproduksi es kering butiran. Dia juga menyediakan jasa membersihkan mesin dengan es kering. Jadi, Padang Kencana menyediakan es kering dan jasa dry ice blasting.

Dari satu customer, akhirnya banyak pemakai jasa ini. Hanya, Fanny bilang, konsumen rutin jasa dry ice blasting baru ada di Jabodetabek. “Yang tidak rutin ada banyak di luar Jawa, tapi kami hanya mengirimkan es kering dan tim pembersih untuk datang ke lokasi,” ujarnya.

Berikut tarif yang dikenakan Padang Kencana untuk klien yang membutuhkan jasa dry ice blasting. Sewa mesin blasting per hari berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta, sementara tenaga kerja per sif Rp 2 juta–Rp 3 juta, serta penggunaan mesin kompresor Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per hari.

Kebutuhan es kering untuk proses ini beragam, tergantung dari kondisi mesin yang harus dibersihkan. Biasanya, tiap jam, es kering yang digunakan sekitar butuh 30 kg–60 kg. Semakin besar mesin yang dibersihkan, area yang dibersihkan pun semakin luas. Dengan kata lain, kebutuhan es keringnya juga tambah banyak.

Investasi besar

Anda juga ingin menggeluti usaha ini? Fanny menuturkan saat ini Padang Kencana tak lagi menemui kesulitan pada proses produksi es kering. Namun, ia masih terkendala bahan baku pembuatan es kering, yakni karbondioksida likuid.

Saat ini harga bahan baku karbondioksida likuid sekitar Rp 4.000 per kg. Akan tetapi, jika bahan baku tengah langka, harganya bisa naik hingga dua kali lipat. “Di Indonesia sering terjadi kelangkaan bahan baku, jadi terkadang saya harus impor,” ungkap dia.

Fanny bilang, sejatinya tidak ada ilmu khusus dalam usaha pembuatan es kering. Namun, yang harus jadi perhatian ialah manajemen bahan baku dan produk jadi. Karena terbuat dari karbondioksida, es kering rentan menguap. Dengan kata lain, produk ini tidak bisa disimpan dalam jangka lama. “Produk ini tidak bisa distok. Kebutuhan esok hari dibuat hari ini, lalu langsung dikirim semua besok,” tuturnya.

Manajemen harus rapi karena produk yang tak laku pasti habis menguap. Alhasil, laba akan ikut menguap. Adapun bahan baku berupa CO2 likuid pun tak bisa disimpan terlalu lama. Bahan baku hanya bisa disimpan sekitar sebulan.

Dari supplier, bahan baku dikirimkan di dalam tangki. Lalu CO2 likuid ditransfer ke tangki (storage tank) milik Padang Kencana. Selanjutnya, bahan baku langsung diolah menjadi es kering melalui mesin dry ice. Selanjutnya, ada juga bahan baku yang dibelokkan ke mesin recovery. Mesin ini mengolah lagi CO2 likuid agar semua bahan baku bisa diubah menjadi es kering.

Fanny mengatakan, semua mesin yang digunakan untuk membuat es kering harus diimpor. Salah satu mesin yang bagus berasal dari Jerman. Akan tetapi, untuk harga yang lebih murah, mesin bisa diimpor dari China. “Setahu saya, mesin dari China lebih murah saat beli, tapi butuh biaya cukup besar untuk merawatnya,” kata dia.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved