Minggu, 5 Oktober 2025

Pertamina Belum Siap Hentikan Impor Ron 88

Namun Ahmad menegaskan pihaknya tidak siap langsung menghentikan impor Ron 88 yang sudah dipesan sampai akhir tahun.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Rendy Sadikin
Tribun Medan/Riski Cahyadi
Sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat mengantre untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU di Jalan Gajah Mada, Medan, Sumatera Utara, Senin (17/11/2014) malam. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi untuk jenis premium dan solar sebesar Rp 2.000 per liter, sehingga harga premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter, berlaku sejak Selasa 18 November 2014 pukul 00.00 WIB. TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Bambang memaparkan, perseroan siap mengikuti rekomendasi tim reformasi tata kelola migas, untuk mengganti impor Ron 88 menjadi Ron 92.

Namun Ahmad menegaskan pihaknya tidak siap langsung menghentikan impor Ron 88 yang sudah dipesan sampai akhir tahun.

"Pertamina tidak akan siap jika saat ini BBM Ron 88 (Premium) langsung dihentikan. Pertamina akan siap Penghapusan RON 88 diterapkan secara bertahap," ujar Ahmad dihubungi wartawan, Selasa (23/12/2014).

Ahmad menjelaskan Pertamina saat ini produksi kilang untuk RON 92 hanya 200.000 barel per bulan, sedangkan produksi Naphta lebih dari 3,5 juta barel per bulan.

Naphta harganya murah dan oktannya sekitar 60 sampai dengan 70-an, sehingga harus diblending dengan RON 92 atau lebih agar bisa menjadi Premium.

"Oleh karena itu, Pertamina masih Impor RON 92 atau lebih untuk menjadikan Naphta tersebut menjadi premium," jelas Ahmad.

Ahmad memaparkan jika Ron 88 dihapus, maka harus mengolah lagi Naphta tersebut agar menjadi RON 92 bahkan lebih.

Inilah yang disiapkan Pertamina melalui proses di kilang TPPI di Tuban Jawa Timur serta menyiapkan infrastruktur lainnya seperti tangki dan menyiapkan alat angkutannya berupa kapal.

Jika kilang TPPI sudah operasi penuh, Pertamina bisa memproduksi lebih dari 5 juta barel per bulan RON 92. Ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan sehingga masih perlu impor RON 92.

"Kebutuhan baru bisa diatasi jika RDMP dan kilang GRR telah beroperasi," ungkap Ahmad.

Terkait kilang TPPI, prosesnya diharapkan bisa selesai dalam 3-6 bulan. "Tetapi untuk RDMP dan kilang baru bisa selesai dalam empat sampai enam tahun," kata Ahmad.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved