Selasa, 30 September 2025

Kakao Tetap Jadi Komoditi Unggulan Sumut 2014

Investasi di bursa berjangka komoditi memiliki potensi yang menarik untuk dikoleksi pada 2014

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Kakao Tetap Jadi Komoditi Unggulan Sumut 2014
kompas.com
Kakao

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Investasi di bursa berjangka komoditi memiliki potensi yang menarik untuk dikoleksi pada 2014, selain bursa saham.

Produk yang diperjualbelikan ada 11 jenis, di antaranya emas, kopi, kakao, dan CPO. Sebanyak 40 persen komoditas di investasi jenis ini dikuasai kakao dan CPO alias minyak mentah.

Kakao asal Sumut diprediksi bisa memberi kontribusi dalam komoditi berjangka pada 2014.

Setelah ketidakpastian produksi kopi, akibat perubahan musim,  dan minyak mentah yang cenderung tidak stabil, kakao diharapkan bisa menjadi komoditi primadona. Tidak hanya untuk ekspor, tapi juga untuk hilirisasi.

"Nanti kita lihat dulu kesiapannya, misalnya kakao produksinya mulai berkurang nggak bisa juga dipaksa untuk ekspor. Tapi kakao pasti akan bangkit pada 2014, apalagi secara nasional targetnya juga mencapai satu juta ton. Ini bisa menjadi komoditas yang menarik untuk investasi. Apalagi Sumut salah satu sentra kakao nasional," papar analis komoditi berjangka dari Sumut, Hamdani, kepada Tribun di Medan, Kamis (2/1/2014).

Ia memastikan potensi ekspor kakao termasuk di komoditi berjangka tahun depan akan meningkat. Hal ini, katanya, mengacu pada analisis konsumsi coklat di regional Asia akan naik secara signifikan.

Dipaparkan, kenaikan konsumsi tersebut telah terjadi setidaknya selama satu dasawarsa terakhir. Kenaikan tersebut salah satunya disebabkan menggemuknya jumlah profesional dan kelas menengah di Asia .

Selain itu, katanya, negara seperti China dan India mengalami lonjakan kenaikan permintaan sehingga menjadi pasar paling besar di dunia.

"Selain industri hilir seperti coklat kemasan atau susu, lanjutnya, industri pengolahan coklat juga terus membesar, karena tren ini. Industri pengolahan coklat dunia terus mengalami pelipatgandaan sejak 1999 dan akan terus mengalami kenaikan. Potensi hilirisasi industri ini di dalam negeri harus ditingkatkan juga," katanya.

Mengacu pada data Bloomberg, katanya, diprediksi pada 2014, jumlah uang yang dikeluarkan oleh semua orang di Asia untuk membeli kakao 7,3 miliar dolar AS.

Kondisi minimnya industri hilir kakao di Tanah Air memang  dimanfaatkan Malaysia, sehingga nilai tambah dari komoditas kakao mengalir deras ke negara tersebut. Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia mengatakan, masalah yang membelit kakao Sumut yakni belum ada industri hilir, sehingga produksinya harus diekspor.

"Padahal potensinya sangat besar, karena sejumlah daerah di Sumut memiliki sentra kakao. Apalagi, Malaysia sejak 2010 sudah tidak lagi mengekspor biji kakao. Mereka fokus pada pengembangan industri hilir dan kakao Sumut banyak diimpor buyer asal Malaysia," katanya.

Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag Sumut, tujuan ekspor kakao Sumut adalah ke Malaysia. Tercatat, nilai ekspor biji kakao periode Januari-Oktober 2013 senilai 58,9 juta dolar AS dengan volume 23.100 ton.

"Jika pengembangan industri hilir kakao dilakukan di Sumut, bisa menghasilkan produk turunannya otomatis bernilai tambah. Kakao pada 2014 bisa menjadi komoditi unggulan. Bisa seimbang dengan karet dan kopi mungkin. Tapi harus lihat pangsa pasarnya juga," katanya.

Setelah dua tahun berturut-turut melorot, ekspor kakao Sumut melalui Belawan International Container Terminal (BICT) memang menunjukkan tren positif. Hingga November 2013, ekspor kakao mencapai 31.517 ton, jumlah ini melampaui keseluruhan ekspor di tahun 2012 sebanyak 30.041 ton.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Tags
kakao
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan