Unilever Catat Penjualan Terburuk
Unilever PLC Kamis melaporkan angka penjualan kuartalan terburuk sejak puncak krisis finansial
TRIBUNNEWS.COM LONDON—Unilever PLC Kamis melaporkan angka penjualan kuartalan terburuk sejak puncak krisis finansial. Hasil terbaru Unilever ikut memperdalam kecemasan akan perlambatan di negara berkembang. Kelesuan di negara berkembang ini juga menjadi alarm bagi sejumlah pesaing, seperti Procter & Gamble Co.
Unilever menurut berita yang dilansir dari The Wall Street Journal mencatatkan pertumbuhan penjualan kuartal III sebesar 3,2% atau turun dari 5,9% dalam periode yang sama pada 2012. Angka itu menandai penampilan terburuk Unilever, perusahaan Belanda-Inggris, sejak kuartal IV 2009.
Pertumbuhan penjualan di negara berkembang turun menjadi 5,9% dari 12,1% setahun sebelumnya. Angka-angka pertumbuhan ini telah disesuaikan dengan memperhitungkan akuisisi, penjualan saham, serta nilai tukar mata uang.
Pemasukan sepanjang kuartal III turun 6,5% menjadi 12,5 miliar Euro
Investor pada umumnya telah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ini, menyusul peringatan laba yang dikeluarkan Unilever pada September. Perusahaan menuding perlambatan ikut dipicu pelemahan di negara-negara berkembang.
Tetap saja, perlambatan ini bakal menyeret perhatian korporasi produk konsumsi lain, mengingat perusahaan dalam segmen itu mengerahkan sebagian besar sumber daya mereka di negara berkembang. Konsumen di negara-negara berkembang memang tak terlalu terkena dampak resesi global.
Nyaris 60% penjualan Unilever berasal dari negara-negara berkembang, berkat ekspansi mereka ke sejumlah pasar, termasuk Cina dan India. Angka itu lebih tinggi dari 36% penjualan P&G, salah satu pesaing Unilever.
“Pasar berkembang terus menjadi penyetir utama pertumbuhan. Terlepas dari perlambatan terkini, mereka tetaplah peluang pertumbuhan signifikan, dan perusahaan berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang itu,” papar Chief Executive Unilever Paul Polman.(WSJ)