Krisis Gas di Sumut: "Kita Hanya Bisa Berdoa"
Moegiono, GM PT PGN Stategis Business Unit (SBU) Wilayah III, pasrah menghadapi krisis gas yang melilit Sumut.
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Moegiono, GM PT PGN Stategis Business Unit (SBU) Wilayah III, pasrah menghadapi krisis gas yang melilit Sumut. Sejak tahun lalu hingga saat ini sudah lima perusahaan pemakai gas yang tutup. Tiga perusahaan tutup tahun lalu, dan tahun ini sudah dua yang tutup yakni PT Ecogreen dan PT Smart, anak perusahaan Simarmas.
"Kita hanya bisa berdoa agar ada pasokan gas tambahan lain," ujar Moegiono seusai buka puasa bersama di Resto Bhinneka Jl Babura, Medan, Kamis (18/7/2013).
Ia mengakui krisis gas sudah berlangsung beberapa tahun, makin parah sehingga PGN harus memutuskan aliran gasnya kepada beberapa perusahaan.
"Pasokan gas dari pemasok PNR berakhir karena sumur gas mereka telah kering. Kini pasokan gas tinggal 7 mmscfd dari kontrak Pertamina EP, untuk 54 industri di Sumut. Padahal kebutuhan normal mencapai 21 mmscfd," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PGN akan memanfaatkan keberadaan Sumur Benggala, Langkat yang mampu menyuplai hingga 6 mmscfd. "Juli nanti gas sudah bisa disalurkan," ujarnya.
Selain Sumur Benggala, PGN berharap pada Arun juga menjadi alternatif lain untuk memenuhi permintaan gas industri Sumut. Namun opsi ini membutuhkan kesiapan infrastruktur, mengingat gas dari Arun belum siap pakai dan masih berbentuk cairan.
"Karena masih berbentuk cairan maka akan sulit karena dibutuhkan infrakstruktur dan pipa yang sangat panjang sehingga sulit," ujarnya.
Moegiono mengakui sebenarnya banyak perusahaan yang ingin berinvestasi di Sumut. Namun mereka akhirnya mundur teratur setelah PGN menyampaikan secara gambang stok gas tidak mencukupi. "Sebenarnya ini kerugian besar dan tidak baik terhadap iklim investor," ujarnya.(cr)