Hasil Tambak Melemah Karena Pestisida
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PPHP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan,
TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PPHP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Parulingan Hutagalung, mengatakan hasil laut dan tambak perlu diolah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan para nelayan di Kabupaten Cirebon.
"Ibu-ibu bisa berperan. Kami siapkan tenaga pelatih demi memberikan bimbingan dan percontohan dan bantuan peralatan. Bisa dapat Rp 20.000-30.000 dari pengolahan itu tambahan bagus," ujar Saut seusai Seminar Pengelolaan Hasil Laut di Gedung Islamic Centre Cirebon, Jalan Tuparev, Sabtu (13/7/2013).
Menurut Saut, pengolahan yang paling mungkin dan mudah adalah mengubah berbagai jenis hasil laut seperti udang, ikan, dan rebon serta ikan-ikan lain menjadi berbagai jenis makanan ringan seperti belacan dan kerupuk. Sejauh ini, belacan buatan Cirebon masih diborong dan dilabeli Sidoarjo, Jawa Timur.
Saut optimistis pengolahan hasil laut di Cirebon potensial karena tak kekurangan bahan baku melainkan memanfaatkan ikan-ikan lokal. Potensi pasar juga menjanjikan lantaran banyak turis mendatangi Cirebon dan memenuhi hotel-hotel. Hasil pengolaan ikan bisa menjadi oleh-oleh buat para wisatawan.
Anggota Komisi IV DPR, Tetty Kadi Bawono, mengatakan untuk mendukung program pengolahan hasil laut dan tambak, nelayan-nelayan dan para petambak perlu memerhatikan kualitas bahan baku.
"Hasil tambak-tambak di Indramayu, melemah karena kondisi air banyak bercampur pestisida dan sebagainya," katanya.
Tetty mengatakan mengurangi kesehatan bahan baku pengolahan ikan. Dua cara untuk menjaga kualitas hasil ikan laut dan tambak, menurut Tetty, adalah ketersediaan freezer dan pola jeda penanaman ikan di tambak-tambak seperti pola yang diterapkan para petambak di Thailand.
"Baru-baru ini kami membantu revitalisasi tambak di Indramayu dan Cirebon. Satu tambak sekitar 250 hektare. Tambak dialasi plastik menghindari virus di tanah yang belum hilang," ujar Tetty. Sama seperti Saut, Tetty mengatakan pasar pengolahan hasil laut di Cirebon potensial.
Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Budi Laksana, mengatakan, secara umum nelayan di Cirebon cenderung menjual langsung hasil tangkapan karena kelompok nelayan belum begitu kuat. Nelayan, ucapnya, terikat dengan tengkulak atau bakul mulai dari penyediaan alat produksi hingga pemasaran.
Budi mengatakan kelompok nelayan perlu diperkuat terlebih dahulu demi mempermudah akses permodalan ataupun pemasaran hasil laut. Selain itu, kata Budi, informasi tentang pengolahan hasil laut belum memadai. (tom)