Bulog Kalah Tender dengan Perusahaan Swasta
Bulog Sumut memprediksi stok gula pasir dan rafinasi kian menipis dan akan habis pada pertengahan April 2013
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Bulog Sumut memprediksi stok gula pasir dan rafinasi kian menipis dan akan habis pada pertengahan April 2013. Dari 11.620 ton gula eks PTPN II yang sudah masuk, sisanya tinggal 2.500 ton. Bila stok benar-benar habis pekan ini, maka untuk sementara Bulog tidak lagi memperdagangkan bahan pokok itu.
"Tidak ada stok gula lagi karena sebelumnya Bulog kalah tender untuk mendapatkan lagi 10 ribu ton gula PTPN II yang terjual dengan harga Rp 10.200 per kg. Yang membeli itu perusahaan swasta," kata Humas Bulog Sumut, Rudi di Medan.
Sebelumnya Bulog memang memenangkan tender gula PTPN II sebanyak 11.620 ton pada Januari 2013, dengan harga gula masih Rp 10.100 per kg.
"Mudah-mudahan Bulog masih bisa memenangkan tender gula PTPN II di lain waktu sehingga bisnis penjualan gula dilakukan lagi," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan Sumut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut diminta memperkuat stok dan memperlancar pasokan gula setelah stok gula Bulog habis.
Penguatan stok penting dilakukan untuk menekan inflasi yang masih cukup tinggi hingga bulan Maret. "Jangan terulang terjadinya lonjakan harga gula seperti yang pernah terjadi tahun 2012," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumut, peringkat produksi gula provinsi ini berada di posisi keenam untuk tahun 2012 dengan luas lahan 10.060 hektare. Untuk peringkat pertama ditempati provinsi Jawa Timur dengan jumlah produksi gula yang mencapai 1.051.642 ton dan menyumbang sebanyak 48,08 persen dari produksi gula nasional.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut Aspan Sofian menjelaskan, saat ini produksi gula Sumut mencapai 47.122 ton dengan jumlah konsumsi 144.323 ton. Ia mengakui, jumlah produksi yang dihasilkan pabrik gula di Sumut hanya mencukupi 32 persen dari jumlah kebutuhan masyarakat Sumut. Inilah yang menjadi faktor pemicu semakin melambungnya harga gula di Sumut.
"Total produksi gula dari pabrik yang beroperasi di Provinsi Sumatra Utara hanya mampu memenuhi sekitar 32 persen dari jumlah kebutuhan masyarakat, sisanya sekitar 68 persen dipasok dari luar daerah dan luar negeri," tambahnya.
Konsumsi gula masyarakat, baik untuk kebutuhan industri, maupun rumah tangga, yang sebagian besar didatangkan dari kegiatan impor, sehingga harga gula di Sumut sangat fluktuatif dan sensitif terhadap produksi dan harga di pasar internasional.
Apalagi total produksi gula Indonesia yang mencapai 2,66 juta ton, Sumatera Utara hanya menyumbang 1,56 persen.(ers)