Musim Hujan Tiba, Petani Garam Jabar Alih Profesi
Garam termasuk satu di antara komoditas yang sangat tergantung terhadap cuaca. Karena itu, produksinya tidak pernah sama

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Garam termasuk satu di antara komoditas yang sangat tergantung terhadap cuaca. Karena itu, produksinya tidak pernah sama antara satu musim dengan musim lainnya.
Malah terkadang produksi terhenti sama sekali akibat musim hujan yang berkepanjangan.
Itu pula yang akan dirasakan petani garam di wilayah Pantura Jabar beberapa pekan ke depan. Datangnya musim hujan, petani akan beralih profesi, karena produksi garam tidak bisa diandalkan.
Kondisi ini berbeda dengan ketika kemarau, di mana petani semangat memproduksi garam karena cuacanya yang bersahabat. Hasilnya pun, garam menjadi melimpah.
Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (APGSI) Jabar, M Taufik mengatakan, kemarau panjang yang melanda Indonesia sampai Oktober kemarin telah memberi keuntungan bagi petani garam.
"Hasil produksi melimpah, walau secara harga tidak sebagus yang diharapkan," ujarnya, melalui sambungan telepon, Kamis (8/11).
Namun, kata Taufik, memasuki musim hujan ini, petani tidak menaruh harapan besar. Sebab produksi garam tidak akan sebagus ketika kemarau. Malah jika hujan berkepanjangan, petani sama sekali tak akan bisa memproduksi garam. "Seperti pengalaman 2010 kami sama sekali tidak bisa panen. Hujannya panjang," kata Taufik.