Modal dari Hadiah Juara Olimpiade Matematika
Mengoleksi uang kuno, selain membutuhkan kecintaan, ketekunan juga modal. Modal Gustama didapat dari hasil juara Olimpiade Matematika.
Ia baru akan melepas uang kunonya jika pembeli sudah mentransfer uang sampai masuk ke rekeningnya. Jika tidak, uang kuno miliknya tak jadi pindah tangan. Gustama memberi catatan, kepercayaan menjadi landasannya untuk bisnis uang kuno. Ia menjamin, semua uang kuno yang ia jual asli, gress, terawat. Selama ini berbisnis, ia mengaku tak pernah kena tipu pembelinya. Tapi ada yang berusaha menipunya.
Ada perbedaan karakter pembeli yakni kolektor tulen dan mereka yang butuh hanya untuk mas kawin. Kolektor tulen serius membeli dan permintaannya disampaikan baik-baik, dan tidak menipu. Beda denga pembeli untuk mas kawin yang penyampaiannya kadang kasar. Bagi Gustama, model pembeli kedua dapat dimaklumi karena awam soal uang kuno.
"Karena orang awam tapi butuh uang kuno untuk mahar, seringkali bahasanya pun kurang baik, dan saya makluminya. Tapi pembeli model begi memiliki banyak kesempatan untuk menipu saya. Waktu itu sempat ada pembeli yang mau menipu dengan pura-pura sudah mengirimkan uang ke rekening saya. Setelah saya cek ternyata belum masuk. Saya sms dia, akhirnya enggak lagi transaksi," cerita Gustama.
Di ajang Kidpreneur Award 2012, Gustama dan patnernya Indra Argadhitya Boenawan lewat bendera Permata Nusa tak mendapatkan juara apa-apa. Tapi perjalanannya masuk 10 finalis ke Jakarta sudah cukup mereka syukuri. Target pertamanya lolos sebagai finalis hasil seleksi 250 tim kesampaian. Tapi tidak untuk target kedua, di mana mereka berharap menjadi finalis enam terbaik, atau setidaknya menjadi juara harapan.
"Menang kalah sudah biasa saya hadapinya dengan lapang dada. Saya kasih selamat kepada pemenang. Momentum ini berharga karena kita bisa bertemu dengan orang-orang besar. Pengalaman orang-orang besar memberi inspirasi bagi saya, dan mejadi modal untuk mengembangkan bisnis ke depan," kata Gustama menyikapi hasil keputusan dewan juri yang tak memilihnya sebagai juara.
Patner Gustama, Indra mengaku rasa menyesal tak mendapatkan juara apa-apa sempat ada. Pasalnya, saat meninggalkan sekolah untuk berjuang di ajang ini, masa belajar mendekati ujian tengah semester. Saat itu adalah masa di mana semua murid sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Bahkan, ulangan dan pekerjaan rumah hampir penuh setiap harinya. Penyesalan itu mungkin akan terobati setidaknya jika juara.
"Setelah kalah ya mau gimana lagi. Sementara waktu kekalahan ini harus dilupakan. Pas sampai ke rumah kita harus mengerjakan pekerjaan rumah yang menumpuk. Kita juga akan langsung ke rumah teman meminjam catatan untuk belajar menghadapi ulangan. PR kita kan banyak berikut tugas dan ulangan lainnya," ucap Indra yang malam itu sudah mengantuk karena jam sudah menujuk pukul 23.00 WIB. Di bisnis uang kuno ini, Indra menjadi marketingnya. (*)
BACA JUGA: