Pengalaman PLTN Jepang
Media Jepang Bersekongkol Menyelamatkan PLTN
Mengapa sampai banyak orang enggan menentang PLTN di Jepang? Salah satunya karena uang mereka berlimpah sangat luar biasa.
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mengapa sampai banyak orang enggan menentang PLTN di Jepang? Salah satunya karena uang mereka berlimpah sangat luar biasa.
Menurut catatan Koordinator Forum Ekonomi Jepang-Indonesia (JIEF) Richard Susilo, gaji karyawan PLTN di Jepang sekitar 60 juta yen per tahun. "Bisa dibayangkan, dengan gaji sekitar Rp.500 juta per bulan atau lima juta yen sebulan, siapa yang mau dapurnya berhenti?" ujar Richard dalam laporannya kepada Tribunnews.com mengambarkan betapa melimpahnya uang dari orang-orang yang terlibat di industri nuklir Jepang.
Dengan gelimang uang itu, selama ini hampir tidak ada yang kuasa menentang kehadiran PLTN. Pemerintah takut kehilangan sumber energi dan pemasukan negara. Sementara media massa, takut kehilangan iklam sebagai salah satu sumber pemasukan. Kalau media menentang PLTN setempat, pasti tidak akan masuk iklan dari PLTN tersebut.
Artis Sakamoto sudah sadar sejak dulu tak akan mungkin bisa beriklan bagi PLTN. Itu sebabnya kini dia muncul sebagai artis pada iklan pembangkit listrik tenaga sinar matahari. Coba sempatkan lihat iklan tersebut di TV-TV Jepang saat ini.
Sementara masyarakat Jepang sudah terlanjur trauma terhadap bahaya PLTN bagi kehidupannya. Ketakutan masyarakat Jepang sangat jelas setelah kejadian meledaknya reaktor nuklir di PLTN di Fukushima Jepang, Reaktor Nomor 1, 16 bulan lebih yang lalu.
Guna menenangkan masyarakatnya, bahkan muncul berita tersebut di berbagai koran Indonesia, Pemerintah Jepang Menghentikan PLTN di berbagai tempat di Jepang, salah satunya di Oi, Fukui perfektur, selatan Jepang (dekat Kyoto).
Ternyata kini dibangkitkan kembali. Tak heran masyarakat Jepang marah sekali saat ini. (*)
BACA JUGA: