Produksi Merosot, Orang Indonesia Bisa Tak Lagi Minum Susu Australia
Dalam tiga dekade terakhir, produksi susu di Australia terus menurun. Kontribusi Australia dalam perdagangan susu global-pun ikut…
"Kami membutuhkan harga yang adil agar produk kami terus ada, kami membutuhkan Pemerintah untuk membantu lebih lanjut potensi ekspor kami ke Asia dan negara-negara lain," katanya.
"Kami juga benar-benar membutuhkan masyarakat umum untuk menghargai produk kami dan membayar harga yang adil untuk kerja keras yang kami lakukan."
Ia mengatakan jika tidak ada yang berubah, tidak akan ada industri susu yang tersisa dalam beberapa tahun mendatang.
"Jika Anda melihat data kerugian keluarga dari industri kami dalam 18 bulan terakhir dan 12 bulan mendatang, Anda tak akan pernah melihat eksodus peternak sapi perah seperti itu," katanya.
"Jika sesuatu tak dilakukan sekarang, Anda tak akan minum susu Australia, bisa benar-benar begitu."
Menariknya, meski kontribusi susu Australia di pasar global terus merosot, negara ini masih menjadi pemasok produk susu terbesar keempat di Indonesia.
Menurut laporan Sofia Omstedt dari Dairy Australia yang diterbitkan Februari lalu, ekspor Australia ke pasar negara tetangganya itu telah tumbuh hampir 20 persen dalam lima tahun terakhir.
Dari jumlah itu, susu bubuk tanpa lemak berkontribusi sekitar 65 sampai 70 persen dari ekspor Australia ke Indonesia.

Selama lima tahun terakhir, sebut laporan itu, ekspor bubuk protein whey dalam susu dan ekspor keju ke Indonesia telah tumbuh secara signifikan, masing-masing naik 72 persen dan 31 persen.
Dalam lima tahun terakhir pula, kata Omstedt, volume ekspor susu Australia dari semua eksportir susu besar di sana telah meningkat 7,8 persen.
Produk susu Australia yang ada di Indonesia sendiri dijual di supermarket dan digunakan sebagai bahan baku dalam produksi lokal.