Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Rendang Atau Soto: Globalkan Kuliner Indonesia Pemerintah Diminta Solid

Sejak awal tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa makanan lokal sebagai kuliner nasional. Namun sebagai penyumbang…

Nilam kemudian menambahkan, "Itu nol persen bunga dan bisa dikembalikan sampai 30 tahun. Di Indonesia kan nggak ada. Saya pernah mencoba bicara dengan Bekraf, mereka bilang cuma regulator, saya bicara dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), mereka bilang mereka hanya pembuat kebijakan sesuai dengan Undang-Undang."

"Kemudian saya bicara ke bank, mereka bilang \'kami diawasi oleh OJK\', ya kan sama saja jadinya," imbuh perempuan yang telah mendapat berbagai penghargaan sebagai pebisnis ini.

Harapan adanya perubahan regulasi

Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Global Ekonomi Kreatif (WCCE) pertama di dunia, yang berlangsung pada tanggal 6-8 November 2018 di Bali.

Bagi praktisi kuliner seperti Santi, pertemuan seperti WCCE diharapkan bisa mengubah beberapa regulasi penting terkait keberlangsungan industri ekonomi kreatif, utamanya kuliner.

"Kalau misalnya Pemerintah ingin mengangkat kopi, konferensi seperti WCCE inilah sebenarnya saatnya beberapa regulasi bisa diperbaiki. Seperti aturan Kementerian soal roastery (tempat pengolahan kopi) yang mengatakan roastery itu harus dari yang besar-besar."

"Justru sekarang yang sedang booming itu micro-roastery, yang skalanya kecil-kecil." jelasnya.

Ekonomi kreatif dinilai potensial

Berbicara kepada ABC sebelum WCCE berlangsung, Kepala Bekraf, Triawan Munaf, mengatakan, sumbangan sektor ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.

"Kita jauh di atas negara-negara lain, artinya peran si eknomi kreatif sebagai penopang ekonomi itu sangat tinggi. Untuk itu, kita dengan populasi yang sedemikian besarnya, dengan keragaman budaya yang sedemikian luasnya dan juga talenta-talenta yang kita miliki, sudah saatnya kita mengatakan bahwa ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang inklusif, untuk siapa saja," utaranya.

Ekosistem ekonomi kreatif, sebut Triawan, berpeluang menyediakan potensi yang tak terbatas.

"Ekonomi kreatif itu kan semuanya, modalnya, gagasan, ide, imajinasi, tidak akan ada habisnya terutama dikaitkan dengan budaya kita yang seharusnya bisa kita capitalize, bisa kita monetisasi dengan ekosistem yang benar," paparnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved