Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Bisnis MLM: Awal yang Baik Sering Berakhir Buruk

Selama sepekan terakhir saya mengggali informasi mengenai seluk beluk bisnis Multi Level Marketing (MLM) yang dilakukan oleh beberapa…

Selama sepekan terakhir saya menggali informasi mengenai seluk beluk bisnis Multi Level Marketing, atau lebih sering disebut MLM, yang dilakukan oleh beberapa warga Indonesia di Melbourne.

Dengan bisnis yang mencari pasar warga Indonesia di Melbourne, kemudian timbul masalah ketika beberapa orang merasa dirugikan karena mereka tidak mendapatkan \'uang bergabung\' yang mereka sudah bayarkan.

Setelah berbicara dengan kedua belah pihak, yakni mereka yang mencoba merekrut anggota untuk menjalankan bisnis MLM dan mereka yang merasa dirugikan, serta dari penelusuran berbagai artikel berkenaan dengan MLM, pendapat saya adalah bahwa bisnis MLM pada awalnya mungkin memiliki tujuan bisnis yang bagus. Namun dalam perjalanannya sering kali menimbulkan hal yang buruk bagi mereka yang terlibat.

Pada dasarnya, MLM memiliki dua prinsip dasar. Pertama, adanya produk yang dijual dan kedua, penjualan produk dipusatkan dan tergantung pada usaha anggota untuk mencari dan merekrut anggota baru.

Sejak model bisnis ini dimulai pertama kali di Amerika Serikat di tahun 1930-an, sudah banyak laporan media yang menulis penjualan produk dengan pendekatan MLM.

Sebagian mengatakan bisnis MLM ini bila dijalankan dengan baik akan memberikan kesejahteraan kepada anggota. Banyak pula yang yakin bahwa ini hanyalah skema bisnis penipuan, sering kali disalahdigunakan oleh mereka yang terlibat dan ingin mengambil jalan pintas untuk menjadi kaya.

Yang sering kali terjadi dalam sistem MLM justru produk yang dijual menjadi tidak penting, bahkan diabaikan. Fokus utama dalam bisnis MLM malah dipusatkan pada usaha mencari anggota sebanyak mungkin, karena kemungkinan mendapat penghasilan, atau komisi, akan lebih besar. Penghasilan ini berasal dari uang yang disetorkan anggota baru.

Psikologi mereka yang menawarkan produk

Tidak diragukan lagi, banyak kalangan warga berpendapat jika MLM adalah penipuan.

Beberapa negara termasuk Australia, Singapura dan Inggris sudah melarang model MLM berjaring lewat perekrutan seperti ini.

Karenanya, ketika menawarkan produk ini kepada anggota baru, sebagian orang kemudian menggunakan taktik untuk \'menjebak\' calon pembelinya. Misalnya mengundang ke acara yang namanya berbeda sama sekali dengan acara yang sebenarnya.

Dari pembicaraan dengan beberapa orang yang merasa menjadi korban penipuan di Melbourne, misalnya, mereka diundang ke acara makan-makan, atau sekedar ingin bertemu dan ngopi saja, ada pula yang diundang untuk menonton acara budaya. Kegiatan sosialisasi seperti ini digunakan untuk menutupi bahwa setelah orang-orang datang, mereka akan langsung diajak bergabung selain juga ada presentasi mengenai bisnis dan produk yang dijualnya.

Ketika ditanya, "kok undangannya acara makan-makan?", mereka yang mengundang akan menjawab, "memang sebenarnya acara makan-makan, karena dalam pertemuan itu kan ada makanan yang dihidangkan".

Secara teknis mungkin tidak salah, namun tidak mengherankan beberapa korban merasa kesal atas \'jebakan\' tersebut.

Menurut saya yang juga terjadi adalah secara psikologis para korban ini tidak mempersiapkan diri untuk menghadiri sebuah acara bisnis. Karenanya, ketika kemudian mereka datang ke acara tersebut, mereka cenderung mengambil keputusan yang salah, terlebih karena ada unsur \'pemaksaan\' secara psikologi.

Inilah yang dikenal dengan sebutan hard selling dan ambush marketing.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved