Boediono: Politik dan Makroekonomi Bisa Jadi Ganjalan Perekonomian
Wakil Presiden Boediono menjelaskan kondisi politik dan makrekonomi berpotensi mengganjal perekonomian Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Boediono menjelaskan kondisi politik dan makrekonomi berpotensi mengganjal perekonomian Indonesia.
Boediono menuturkan, jika dilihat dari kondisi politik Indonesia saat ini sudah stabil. Namun sejak Indonesia mampu melewati masa reformasi dan berhasil melawan rintangan tersebut, maka pertumbuhan Indonesia kembali tumbuh dengan baik.
Sementara dalam era demokrasi, kondisi perpolitikan dalam negeri juga berlangsung meriah. "Hal itu dibuktikan dengan proses pemilihan umum baik dari kepala daerah hingga Presiden bisa berlangsung secara baik," katanya.
Sementara itu, Boediono yakin dalam dua tahun ke depan perekonomian indonesia masih berpusat kepada konsumsi domestik dan investasi. "Konsumsi yang mencapai 60 persen dari PDB juga menisyaratkan perekonomian akan terus tumbuh," kata Boediono.
Secara fundamental, perekonomian indonesia masih bisa tumbuh dengan rasio pajak terhadap GDP yang mencapai 12 persen, merupakan salah satu yang terendah di kawasan Asia. "Dengan 117 juta pekerja maka masih rendah, maka hanya seperlima yang memiliki NPWP, dan hanya beberapa dari mereka yang membayar pajak," katanya.
Selain itu defisit fiskal pemerintah hanya mencapai 1,63 persen untuk tahun ini. Dan akan naik dari tahun lalu sebesar 1,2 persen dari GDP. Utang publik juga hanya mencapai 25 persen dari GDP. Tantangan berikutnya adalah defisit neraca perdagangan yang mencapai 2.4 persen dari GDP. Masalah ekspor yang dihuni komoditas akan membaiknya seiring dengan naiknya harga komoditas yang mulai merangkak naik.
"Saya yakin indonesia akan tumbuh, bahkan usai Pemilu 2014, saya yakin indonesia akan move on," katanya.