Selasa, 7 Oktober 2025

Ancaman Kesehatan Mengintai Para Pekerja Malam

Revolusi bisnis dan industri besar-besaran yang terus berkembang, menuntut roda perekonomian berputar selama 24 jam.

zoom-inlihat foto Ancaman Kesehatan Mengintai Para Pekerja Malam
NET
ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Revolusi bisnis dan industri besar-besaran yang terus berkembang, menuntut roda perekonomian berputar selama 24 jam.

Penemuan listrik dan penerangan artifisial, turut mendukung terbentuknya 'siang tiruan' demi produktivitas yang meningkat.

Maka, ungkapan 'sudah malam, saatnya tidur', menjadi tidak tepat bagi sebagian orang, yakni para pekerja malam.

Tak pelak, rutinitas 'baru' di malam hari, memunculkan banyak gangguan, terutama masalah kesehatan.

Berbagai penelitian menunjukkan, orang yang bekerja malam punya risiko lebih besar terserang berbagai penyakit, terutama diabetes dan penyakit jantung. Masalah itu bersumber pada satu hal, pola tidur yang tidak tepat.

“Kesehatan tidur bisa dibilang yang paling penting, tapi juga paling diremehkan,” kata dr Andreas Prasadja RPSGT, sepertui dikutip Tribunnews.com dari intisari-online.com, Kamis (28/2/2013).

Syarat utama kebugaran adalah tidur yang sehat. Bahkan, untuk pekerja biasa, membutuhkan tidur yang baik untuk produktif.

“Saya sedang memerangi stigma bahwa tidur itu malas. Tidur itu menentukan kualitas seseorang; baik itu kesehatan, kebugaran, produktivitas, maupun keselamatan,” tutur dokter ahli masalah tidur.

Manusia punya jam biologis yang mengatur kapan waktunya lapar, mengantuk, buang air besar, dan sebagainya.

dr Prasadja menjelaskan, jam tubuh manusia dari awal mengatur pola mengantuk, ketika mulai gelap sekitar pukul 19.00, tidur selama empat jam, kemudian bangun selama 1-2 jam untuk beraktivitas, kemudian tidur lagi selama empat jam berikutnya.

“Pergeseran waktu kerja karena revolusi industri membuat jam tidur manusia bergeser. Ternyata, menurut penelitian, jam biologis manusia tidak ikut berevolusi mengikuti tuntutan sosial tersebut. Saya sebut ini sebagai social jetlag,” papar dr Prasadja.

Ketidaksinkronan perkembangan sosial dengan kondisi tubuh manusia, memunculkan masalah baru di dunia kesehatan, seperti sulit tidur (insomnia) dan sering sekali mengantuk (hypersomnia).  

Saat tidur, tubuh aktif membenahi sel-sel yang rusak, mengeluarkan racun, dan memberi kesempatan kepada sistem imunitas untuk memproduksi hormon-hormon kekebalan tubuh.
Saking pentingnya tidur, Amnesty International bahkan menyebut pembatasan tidur sebagai bentuk penyiksaan.

“Karena orang yang dibatasi tidurnya akan mengalami banyak gangguan. Mulai dari kesadaran yang hilang, organ tubuh yang rusak, dan kerusakan otak,” beber dr Prasadja. (*)

Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved