Indeks Masih Bisa Cetak Rekor Tertinggi
Kendati berhasil menguat namun laju penguatan indeks sempat terganjal aksi profit taking.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Indeks pada perdagangan saham sepekan lalu masih mampu mencetak rekor tertinggi baru meski secara teknikal sudah berada pada area jenuh beli. Penguatan indeks ditopang sentimen bursa regional dan global yang optimis akan pemulihan bursa global. Kendati berhasil menguat namun laju penguatan indeks sempat terganjal aksi profit taking.
Di awal pekan indeks hanya naik 2,260 poin (0,05 persen) ke level 4.612,046. Penguatan indeks terhambat aksi profit taking pada saham-saham unggulan yang sudah naik tinggi pada pekan sebelumnya. Meski naik tipis indeks masih mampu mencetak rekor tertinggi baru.
Aksi profit taking kian menguat menyebabkan indeks terkoreksi 9,984 poin (0,22 persen) ke level 4.602,062. Secara teknikal koreksi indeks masih wajar karena indeks sudah naik cukup tinggi.
Di pertengahan pekan indeks berhasil rebound dan ditutup naik signifikan hingga 32,389 poin (0,70 persen) ke level 4.634,451. Atas penguatan tersebut, indeks kembali menyentuh rekor tertinggi baru. Rebound indeks ditopang menguatnya bursa saham global dan regional menyusul adanya optimisme investor akan pemulihan ekonomi global.
Aksi borong saham kembali mendorong indeks mencetak rekor tertinggi baru pada perdagangan di akhir pekan setelah indeks naik 18,719 poin (0,40 persen) ke level 4.651,123.
Indeks sempat melemah tertekan pelemahan bursa regional Asia, namun secara perlahan-lahan indeks naik kembali dan laju kenaikan indeks semakin kuat terutama setelah munculnya aksi borong saham di sesi siang. Sehari sebelumnya indeks sempat terkoreksi 2,047 poin (0,04 persen) ke level 4.632,404 akibat kekhawatiran investor terhadap krisis utang Uni Eropa.
Prediksi
Indeks pada perdagangan pekan ini rawan koreksi. Secara teknikal kenaikan indeks sudah cukup tinggi dan sudah jenuh beli. Selain alasan teknikal, potensi koreksi indeks juga dipicu sentimen mulai melemahnnya bursa regional menyusul memanasnya kembali masalah krisis utang Uni Eropa.