Senin, 6 Oktober 2025

Serial Gokudo Jepang

Di Jepang, Tato Itu Seperti Benda Haram dan Memalukan

Kalau di Indonesia mungkin keren. Mungkin malah bangga punya tato, lalu sengaja diperlihatkan kepada teman

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Di Jepang, Tato Itu Seperti Benda Haram dan Memalukan
IST
Shoko Tendo

TRIBUNNEWS.COM - Kalau di Indonesia mungkin keren. Mungkin malah bangga punya tato, lalu sengaja diperlihatkan kepada teman dan bahkan orangtuanya. Tapi di Jepang seperti benda haram. Ketahuan ber tato, masyarakat sekitar akan menjauh dan bahkan di beberapa tempat tak boleh masuk, seperti pemandian umum akan diminta ke luar.

Tato di Jepang identik dengan Yakuza - mafia Jepang. Itu sebabnya Wali Kota Osaka Toru hashimoto memerintahkan untuk menghilangkan tato bagi semua karyawan pemerintah daerah Osaka. Tentu saja ada yang menentang dan mencoba memasukkan tuntutan ke pengadilan karena dianggap melanggar hak asasi manusia.

Begitu sensitif soal tato di Jepang. Tetapi tidak bagi kalangan yakuza, merupakan kebanggaan, tanda tersendiri, bahkan menjadi citra bagi kelompok tertentu, sehingga dengan tato tertentu langsung teridentifikasi dari kelompok yakuza mana seseorang itu.

Meskipun demikian jaman sudah berubah. Beberapa pimpinan yakuza kini mulai sadar, dengan adanya tato aktivitas organisasinya malah semakin kesulitan bergerak karena mudah dikenali banyak orang, apabila anggota yakuza tersebut ke tempat pemandian umum, misalnya. Lalu semua akan bicara satu sama lain (kuchi komi) dan kegiatan anggota yakuza itu akan semakin sulit dan atau dipersulit lingkungannya. Mereka tidak mau terlibat (kakawaritakunai) dengan orang tersebut meskipun tahu mungkin sebagai temannya sendiri, di masa lalu.

Hal demikian tampaknya kurang diperhatikan Shoko Tendo, "Saya sejak kecil, usia 5 tahun juga sudah senang sekali sama tato, lalu minta di tato di bagian belakang (senaka). lama-kelamaan malah semain ketagihan, semakin bertambah luas, dan kini semuanya, mulai kedua tangan, badan depan belakang, sampai kedua kali semuanya  di tato," paparnya khusus kepada penulis hari Minggu (24/2/2013) di Tokyo.

Meskipun demikian Tendo tidak pernah cerita kepada ayahnya, "Sampai ayah saya meninggal dia tak tahu kalau saya ditato. Karena kalau dia tahu mungkin dia akan tidak senang, walaupun dia sendiri bos yakuza di Osaka. Ayah saya agak cuek sama saya, sangat disiplin, sangat keras sehingga kita anak-anaknya cukup takut juga sama dia," ungkapnya lagi.

Apabila Tendo bertato ketahuan ayahnya, Tendo takut ayahnya malah kepikiran dan malah bisa uring-uringan hidupnya memikirkan anaknya, apalagi perempuan, bertato. Itulah sebabnya Tendo selalu menyembunyikan hal yang satu ini.

Masih mau tambah lagi tato nya? Tendo geleng kepala, "Semua sudah ditato, mau di tato di mana lagi?" tekannya sambil tersenyum.

Ditanya kenapa dia senang ditato, "Ya karena saya anggap keren saja, saya senang melihat staf ayah saya bertato, bagus kelihatannya. Jadi saya senang sekali sejak kecil. Tapi kakak dan adik saya tidak ada yang bertato. Mereka pun menanyakan kok bertato, saya katakan karena senang, ya akhirnya mengerti juga dan bersama-sama merahasiakan hal ini agar tak ketahuan ayah saya."

Ada beberapa keuntungan juga dengan tato yang ada di tubuhnya tersebut. Misalnya, saat darurat mencari taksi, mendadak mencoba menghentikan taksi, sang sopir biasanya berhenti, tahu kalau wanita yakuza. Sopir biaanya takut dengan yakuza, kalau tak berhenti, nomor identitas di catat, ketahuan anggota yakuza, biasanya "dikerjain" dengan segala cara karena dianggap menganggap remeh yakuza, tidak mau berhenti saat berhenti.

Apalagi wanita yakuza, justru lebih ditakuti di kalangan dunia yakuza, karena biasanya suaranya, perintahnya, sindirannya, akan berdampak berat bagi anggota yakuza dan pasti langsung menjalankan perintah sang wanita yakuza. Lebih ditakuti wanita yakuza ketimbang "suami" nya.

Bagi anggota yakuza bertato yang masuk ke penjara pun biasanya jadi "asuransi" tidak akan diapa-apakan preman yang ada di penjara. Tanda tato itu jaminan keselamatan dan kehidupan tenang di penjara Jepang.

Namun selama kehidupannya 45 tahun ini, beruntunglah Tendo belum pernah masuk penjara. Namun penggunaan obat bius, segala macam narkoba, bahkan sampai diperkosa anggota yakuza lain, menjadi pacar gelap, dan berbagai aktivitas kehidupan malam, pernah dirasakan kepahitan semua itu.

"Jangan deh, jangan sampai kembali masuk ke dunia yakuza lagi deh," tekannya sambil wanti-wanti kepada penulis, Tendo benar-benar telah bertobat dan kini hidup bersama anak perempuannya, K, yang berusia 8 tahun. (Bakabon)

Info yakuza lengkap silakan klik www.yakuza.in

INTERNASIONAL POPULER

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved