Akses Pekon Giri Tunggal Terputus
Jembatan darurat sepanjang 30 meter bantuan BPBD Pringsewu Tahun 2011 ini tidak mampu menahan arus sungai Way Wayah yang meluap.

Laporan Wartawan Tribun Lampung, R Didik Budiawan C
TRIBUNNEWS.COM, PRINGSEWU - Hujan lebat kurang lebih selama dua jam, Selasa (12/2/2013) kemarin dari pukul 18.00-20.00 WIB mengakibatkan jembatan Sungai Way Wayah atas Pekon Giri Tunggal, Kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten Pringsewu, Lampung putus.
Jembatan darurat sepanjang 30 meter bantuan BPBD Pringsewu Tahun 2011 ini tidak mampu menahan arus sungai Way Wayah yang meluap.
Menurut Yadi (33), warga yang tinggal sekitar 50 meter dari sungai tersebut, jembatan selebar 2 meter itu putus pada pukul 22.00 WIB.
"Proses rubuhnya kayak ada lindu, bergetar suaranya rrrttt..rrrttt," ujarnya, Rabu (13/2/2013).
Diperkirakan, jembatan itu roboh bukan karena tidak mampu menampung air akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Giri Tunggal. Melainkan hujan di wilayah hulu sungai, yakni daerah kawasan Regiter 22.
Akibat dari putusnya jembatan tersebut, jalan poros Pekon Giri Tunggal terputus. "Terutama anak-anak yang akan sekolah terhambat," ujar Kepala Pekon Giri Tunggal, Rokyat Robani.
Ratusan siswa SMPN 2 dan SDN I Giri Tunggal dari Pekon Giri Mulya, Sinarwayah, Kelahang, Sinarwayah, dan Pancur terpaksa harus meniti kayu papan supaya bisa melintas. Sedangkan untuk pengendara motor ataupun mobil harus melalui jalan memutar.
"Lebih jauh 5 kilometer, melalui Pekon Banyuwangi, Kecamatan Banyumas," katanya.
Fatalnya lagi, untuk mengeluarkan produksi genteng dan bata memerlukan ongkos yang lebih mahal, karena jembatan di Pekon Banyuwangi tidak mampu menahan beban berat. Sehingga melalui, Pekon Banyuwangi, Pekon Nusawungu, Pekon Srirahayu, dan Pekon Banyumas. "Tambah payah, mutar-mutar," ungkapnya.
Ironisnya di Pekon Giri Tunggal ada sekitar 70 KK perajin genting dan 100 KK perajin batu bata. Bupati Pringsewu Sujadi langsung meninjau jembatan itu, Rabu (13/2/2013).(Dik)