Forum Pegawai Merpati: Kami Tidak Mau Seperti Batavia
Forum Pegawai Merpati (FPM) membeberkan kerugian Merpati Nusantara Airlines pada 2012 mendekati angka Rp 1 triliun.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Pegawai Merpati (FPM) membeberkan kerugian Merpati Nusantara Airlines pada 2012 mendekati angka Rp 1 triliun. Kerugian tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Merpati. Bila kerugian terus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan Merpati akan mendapatkan nasib yang sama seperti Batavia Air.
"Kami tidak mau Merpati menyusul Batavia," kata Heri Wardana, Dewan Pengawas dan Dewan Pakar FPM di Jakarta, Jumat (1/2/2013).
Heri mengatakan, kerugian 2012 yang mendekati Rp 1 triliun adalah utang lancar kepada Pertamina yang semakin bertambah (potensi default), Asuransi Jasindo sampai saat ini juga belum dilunasi bahkan diancam melalui Notice of Cancelation (NOC) untuk kesekian kalinya.
"Lessor pesawat juga ditunggak. Sementara janji Direktur Utama Merpati Rudi Setyo Purnomo akan menambah alat produksi mulai dari Airbus, B738, Embraer, Amphibi pada kenyataannya tidak bertambah. Akhirnya semua terbuka dengan sendirinya," ujar Heri.
Heri juga menjelaskan, saat ini Merpati juga mulai mengurangi untuk mengonsumsi bahan bakar. Sebelumnya konsumsi avtur per hari mencapai Rp 3,5 miliar per hari, tapi saat ini hanya Rp 2 miliar per hari. "Jelas itu akan mengurangi rute, dan tentunya akan mengurangi pendapatan perusahaan," kata Heri.
Masalah pun tidak berhenti disitu, para karyawan pun mendapatkan gaji dengan cara dicicil selama empat kali. Hal itu terjadi sejak Januari 2013 berdasarkan surat edaran No. SE/DF/05/I/2013 gaji karyawan dicicil tiga kali yaitu pada tanggal 26, 31 dan lima bulan berikutnya.
"Bahkan khusus pegawai struktural setingkat Assistant Manager sampai Vice President pembayaran dilaksanakan selambat-lambatnya 8 Februari 2013," ujar Heri.
Untuk itu FPM berharap para petinggi negeri membantu memberi solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Sebab, Merpati tidak ingin seperti Batavia Air.