Harga Buah Impor Naik Hingga 200 Persen
Kebijakan ini berlaku sementara mulai Januari-Juni 2013 dengan skema pembatasan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan pemerintah membatasi kuota beberapa jenis buah impor dan melarang enam jenis buah impor masuk ke Indonesia, mendorong kenaikan harga buah impor hingga 50 persen- 200 persen. Kebijakan ini berlaku sementara mulai Januari-Juni 2013 dengan skema pembatasan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
"Kenaikan tergantung jenis buahnya, ini karena barangnya sedikit," kata Wakil Ketua Gabungan Importir Hasil Bumi Indonesia (Gisimindo) Bob B. Budiman ketika dihubungi Minggu (27/1).
Bob mengatakan, buah seperti apel dan anggur mengalami kenaikan hingga 200 persen. Walaupun kenyataanya buah anggur dan apel tak masuk dalam pelarangan, namun hanya dibatasi kuotanya.
Bob mencontohkan Jeruk mandarin atau jenis jeruk lainnya, sebelum aturan ini berlaku harganya masih Rp 6.000-Rp 8.000 per Kg. "Awalnya masih Rp 6.000-Rp 8.000 per Kg saat ini sudah di atas Rp 25.000 Kg, ya yang rugi siapa? Ya konsumen," ujar Bob.
Ia juga mencontohkan, konsumen yang saat ini punya dua anak yang kebutuhan konsumsi jeruknya per hari 1 Kg akan sangat terbebani.
Pemantauan di lapangan menunjukan beberapa supermarket di Jakarta sudah tidak menjual buah impor seperti pisang, mangga, melon, nanas dan pepaya. Selain adanya ketentuan pembatasan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), masalah kualitas juga jadi penyebab kurangnya peredaran buah impor saat ini.
"Pisang, bagusan yang lokal. Sebelumnya kita impor dari Filipina, tapi karena nggak bagus dan peminat sedikit. Kita nggak ada lagi. Terakhir, bulan Desember 2012," ujar staf Carrefour Lebak Bulus, Hermawan, Minggu (27/1)
Begitu juga halnya dengan buah mangga impor, pihak Carrefour Lebak Bulus sempat menjual mangga bangkok dari Thailand. Kenyataanya, buah mangga impor asal Thailand sepi peminat. Sedangkan, buah lainnya seperti nanas, pepaya dan melon memang tidak ada yang berasal dari impor.
"Mangga kita juga sempet, tapi memang bagusan lokal," katanya.
Alasan kedua adalah banyaknya masyarakat yang mulai kritis terhadap produk buah-buahan segar. Informasi yang menyebutkan produk impor mengandung pengawet menjadi ketakutan tersendiri bagi mayarakat.
"Customer lebih kritis untuk beberapa produk, dan banyak memilih untuk produk lokal," katanya.