Sabtu, 4 Oktober 2025

Ekspor Jabar Diprediksi Melambat

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Bandung Koordinator Jabar, Kodrat Wibowo, mengatakan, potensi pasar

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Ekspor Jabar Diprediksi Melambat
Unpad.Ac.Id
Mangga gedong gincu, salah satu andalan ekspor dari Jawa Barat

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Bandung Koordinator Jabar, Kodrat Wibowo mengatakan, potensi pasar domestik Jabar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional karena Jabar merupakan provinsi yang berpenduduk terbesar di Indonesia.

Jabar pun merupakan provinsi yang porsi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi di Indonesia. "Dalam hal industri, 75 persen industri manufaktur nonmigas berlokasi di Jabar. Lalu, Jabar berkontribusi sebesar 25 persen dalam hal industri manufaktur nonmigas," kata Kodrat seusai pemaparan dalam Economic Outlook 2013 Jabar di Bank Indonesia Kantor Wilayah VI Jabar-Banten, Jalan Braga, Bandung, Senin (17/12/2012).

Dijelaskan, selama Januari-September 2012, ada tiga sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Jabar. Ketiga sektor itu, adalah industri pengolahan sebesar 40,3 persen, Pariwisata, Hotel, Restoran (PHR) sejumlah 23,3 persen, dan pertanian 11,8 persen.

"Bagi ekonomi Jabar, sektor-sektor itu memberi kontribusi 75 persen. Agar perekonomian dapat terjaga, bahkan tumbuh pada 2013, faktor-faktor tersebut harus termanfaatkan optimal," ujarnya.

Namun, kata Kodrat, dalam hal ekspor, kemungkinan terjadi perlambatan. Hal itu, sebagai efek masih adanya pengaruh krisis ekonomi yang melanda negara-negara Euro Zone dan Amerika Serikat (AS). "Pada awal tahun, memang biasanya senantiasa terjadi perlambatan ekspor. Tapi, secara perlahan, seiring perkembangan ekonomi global, terjadi penyesuaian," jelasnya.

Di tempat yang sama, pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi, sependapat bahwa pada 2013, Jabar tetap berpeluang untuk mengalami pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pertumbuhannya sedikit melambat.

Acu, sapaan akrabnya, berpandangan, ada beberapa hal yang pada 2013 berpotensi menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi Jabar. Di antaranya, terbitnya sejumlah regulasi pemerintah. "Pada 2013, nilai UMK (upah minimum kota-kabupaten) naik. Kemudian, harga BBM pun, kabar dan rencananya, positif naik. Belum lagi soal tarif dasar listrik (TDL), yang naik 15 persen secara bertahap. Termasuk kabar terbaru, rencana naiknya gas industri," ujar Acu.

Acu berpandangan, apabila UMK, harga BBM, TDL, dan gas industri positif naik, hal itu dapat membuat beban operasional industri meningkat. Agar dapat menutupi biaya operasionalnya, kata Acu, tentunya, industri menaikkan harga jual produknya. "Hal itu dapat memicu terjadinya inflasi. Itu baru pada produk manufaktur, belum sektor lainnya," terang Acu.

Kodrat menimpali, pada dasarnya, kenaikan harga BBM, TDL, gas industri, dan UMK pada 2013 dapat berefek positif. Kenaikan UMK misalnya dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja. Sedangkan kenaikan harga BBM dapat membuat subsidi teralokasikan pada sektor lain lebih banyak, semisal pembangunan infrastruktur.

"Jika memang benar pemanfaatan dan penyaluran subsidinya, saya kira, terjadi pertumbuhan. Tapi, apabila penyalurannya tidak benar, saya khawatir, yang terjadi justru dampak buruknya. Tapi, secara umum, pada 2013, ekonomi Jabar tetap dapat tumbuh," kata Kodrat. (Tribun Jabar/Erwin)

Baca juga:


Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved