Pemerintah Tak Gegabah Naikkan Harga BBM
Pemerintah berharap harga crude oil pada tahun 2013 tidak mengalami kenaikan terlalu tinggi

TRIBUNNEWS.COM YOGYA, - Pemerintah berharap harga crude oil pada tahun 2013 tidak mengalami kenaikan terlalu tinggi. Sehingga tidak berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia.
"Pemerintah tak akan gegabah menaikkan harga BBM bersubsidi tahun depan. Pastinya, pada tahun 2012 tidak akan terjadi kenaikan harga BBM," jelas Menko Perekonomian RI, Hatta Rajasa, usai mengisi keynote speech Forum konferensi dan penghargaan The 1st SPS – Indonesia Public Relation Summit 2012, di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Kamis (13/12/2012).
Ditambahkannya, pengendalian penggunaan berbasis teknologi informasi harus dilakukan agar konsumsi BBM besubsidi tidak melebihi kuota. Dari total APBN 2013 sebesar Rp 1.6 triliun, alokasi belanja subsidi BBM mencapai Rp 193,805 triliun.
"Kenaikan harga BBM tentu akan berimplikasi pada daya beli masyarakat dan berdampak dengan naiknya tingkat inflasi," terang Hatta.
Saat ini, lanjut Hatta, konsumsi minyak Indonesia mencapai sekitar enam juta barel. Sedangkan pada tahun 2025 diprediksi kebutuhan minyak berada pada kisaran sembilan juta barel. "Jika tidak menambah pasokan kemungkinan akan terjadi defisit. Makanya upaya mencari sumber energi terbarukan harus segera direalisasikan," bebernya.
Pada sisi lain, Hatta menyatakan optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mampu melebihi enam persen. Terlebih dengan tingkat inflasi yang dapat dinilai stabil, sekitar 4,9 persen pada tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi berdasarkan asumsi dari APBN 2013 mencapai 6,8 persen. Keoptimisan ini mengacu pada investasi yang terus meningkat. Kita menduduki peringkat ke dua setelah China dalam hal tingkat pertumbuhan ekonomi," urainya.
Menurut survei dari lembaga riset Mckinsey, kekuatan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 Indonesia akan menduduki peringkat tujuh dunia. Sedangkan pemerintah menetapkan target pada tahun 2025 menempati peringkat 12 dunia untuk pertumbuhan ekonominya, dengan pendapatan 16 ribu US Dollar per kapita.
Sementara itu, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Yogyakarta, Prof Lincolin Arsyad PhD, menandaskan faktor non ekonomi memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Diantaranya adalah faktor politik dan sosial dalam suatu negara.
"Saat stabilitas politik berada terjaga baik dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Tentu berkorelasi positif dengan iklim investasi yang kondusif," ujar Lincolin. (hdy)
Baca Juga :