Turki kembali menembaki perbatasan Suriah
Turki menembaki perbatasan Suriah setelah sebuah mortir Suriah kembali meledak di sebuah desa Turki, Sabtu (06/10).

Militer Turki disiagakan di perbatasan Suriah dengan otoritas aksi militer dari parlemen.
Turki kembali menembaki perbatasan Suriah setelah sebuah mortir Suriah kembali meledak di sebuah desa Turki, Sabtu (06/10).
Pasukan Turki langsung merespon sesaat setelah Suriah menembakkan meriam ke desa Guvecci di provinsi Hatay.
Dalam peristiwa penembakan sebelumnya di Akcakale, lima warga sipil Turki tewas, dan langsung dibalas dengan tembakan beruntun oleh militer Turki.
Sebelumnya, pada Sabtu pekan lalu, kantor berita Anadolu menyatakan mortir Suriah mendarat di perbatasan dan memicu pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak di provinsi Idlib, Suriah.
Para pemberontak berjuang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad sejak Maret tahun silam.
'Dampak besar'
Menyusul tewasnya dua orang perempuan dan tiga anak-anak di kota perbatasan Turki, Akcakale, pekan ini parlemen Turki menyetujui untuk menggelar operasi militer lintas perbatasan ke Suriah selama satu tahun.
Ini merupakan untuk pertama kalinya Turki mengambil aksi militer melintas perbatasan sejak kekerasan di Suriah dimulai.
Dewan Keamanan PBB mengatakan insiden ini menunjukkan ''dampak besar'' yang ditimbulkan dari krisis Suriah terhadap ''stabilitas dan perdamaian kawasan.''
Jumat (05/10), Turki mulai menggerakkan tank-tank dan misil anti serangan udara mereka ke Akcakale, meski Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya tidak menginginkan adanya perang.
Recep Tayyip Erdogan mengatakan otorisasi dari parlemen itu murni pencegahan semata, tetapi ia juga memperingatkan agar tidak menguji tekad negaranya.
Bagaimanapun rencana aksi militer Turki ke Suriah ini mendapat tentangan dari dalam negeri.
Pada Kamis malam ribuan orang berkumpul di Lapangan Taksim, Istanbul, dan melakukan unjuk rasa anti perang.
Para demonstran menyerukan, "Tolak perang! Perdamaian sekarang! Kami tidak akan menjadi tentara untuk imperialis!"