Kembalinya Batik Betawi

TRIBUNNEWS.COM - Batik motif  Betawi meramaikan corak batik di tanah air. Anda bisa menemui batik ini di gerai-gerai yang terdapat di beberapa titik di ibu kota. Salah satunya, di sebuah sudut Thamrin Plaza, Tanah Abang.

Dari segi motif dan corak, batik betawi memang mempunyai ciri yang berbeda dengan batik lain yang sudah banyak dikenal. Warna yang digunakan pun kebanyakan warna cerah "ngejreng", seperti merah, kuning, dan hijau. Adapun motifnya cukup beragam: ondel-ondel, si Pitung, Monas, atau kegiatan sehari-hari masyarakat Betawi.

Kemunculan kembali batik Betawi ini bisa dibilang baru seumur jagung. Kelahirannya kali ini dibidani oleh seorang "noni Betawi". Namanya Ernawati, usianya 21 tahun. Ceritanya bermula pada penghujung 2010. Ketika itu, sepulangnya belajar batik di Semarang, Ernawati bercita-cita merintis usaha batik. Bermodal tabungan keluarga dan tabungan pribadi, mulailah ia menjalankan usahanya selangkah demi selangkah.

Penggunaan motif yang tak lepas dari simbol-simbol kebudayaan orang Betawi menjadi ciri utamanya. Banyak di antara motif itu lekat dengan bentang alam Marunda sebagai daerah pesisir, tempat batik ini dikembangkan. Sebut saja, misalnya, motif gambar orang  sedang nandur (bercocok tanam) atau ngangon (menggembala). Kegiatan sehari-hari penduduk yang bercorak agraris ini memang masih banyak ditemui di salah satu perkampungan Betawi ini. Untuk merek dagang, Erna menamainya "Batik Seraci"

Ia menggunakan simbol-simbol kebudayaan orang Betawi sebagai tema motif batik yang dirancangnya itu. Sebelumnya, batik betawi memang belum dikenal, bahkan nyaris tak terdengar. Mungkin keberadaannya pun masih samar-samar. Orang mungkin bakal bingung ketika ditanya keberadaannya. Bahkan, identitas kebetawian itu sendiri mungkin kini menjadi lebih cair. Namun, kelahiran kembali batik betawi ini bisa menjadi salah satu upaya menegaskan kembali identitas yang terancam luntur itu.