Penangkapan Terduga Teroris
Pendidikan Anti Terorisme Perlu Masuk Kurikulum Sekolah
Generasi muda merupakan target yang paling mudah dan utama direkrut oleh kelompok radikal dan teroris.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan pelaku terorisme dan sejumlah LSM seperti Lazuardi Birru, mendesak pemerintah segera memasukan pelajaran anti-terorisme dalam kurikulum di sekolah dan kampus.
Sebab, menurut Ketua Lazuardi Birru Dhyah Madya Ruth, generasi muda merupakan target yang paling mudah dan utama direkrut oleh kelompok radikal dan teroris.
"Remaja harus diberi bekal yang cukup, sehingga mereka bisa membentengi diri dari bahaya radikalisme dan terorisme yang kerap mengintai," ujar Dhyah, Minggu (23/9/2012).
Apalagi, lanjutnya, kekerasan yang terjadi belakangan ini kerap diidentikkan dengan remaja. Padahal, remaja yang terlibat dalam aksi radikal dan terorisme merupakan korban ideologi kekerasan.
Karena itu, Lazuardi Birru yang bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Agama, menggelar pelatihan bertema 'Birru Youth Training: Inspiring Future Leader for Peace'.
"Pelatihan ini bertujuan membangun imunitas bagi remaja, dalam menanggulangi epidemi virus kekerasan, radikalisme, dan terorisme di Indonesia," jelas Dhyah.
Sementara, mantan Ketua Jamaah Islamiyah Mantiqi III Nasir Abbas berpendapat, dimasukannya pelajaran anti-terorisme untuk meminimalisasi dan mencegah para pelajar SMU terlibat aksi terorisme, seperti yang terjadi di Solo beberapa waktu lalu.
"Cara yang efektif untuk menghidari atau memerangi terorisme adalah dengan memberikan pelatihan kepada anak-anak SMU. Bila perlu, dimasukkan dalam kurikulum sekolah mengenai bahaya terorisme," tutur Nasir dalam pelatihan kepada ribuan pelajar SMU dan pondok pesantren se-Indonesia yang digelar Lazuardi Birru hari ini.
Nasir memaparkan, pola rekrutmen teroris saat ini cenderung membidik anak-anak SMU, karena mereka masih dinilai labil dan mudah dipengaruhi.
Sehingga, dengan doktrin tertentu dan diiming-imingi masuk surga, mereka mau melakukan aksi terorisme.
"LSM dan alim ulama juga harus berperan serta melakukan pelatihan, dan bekerja sama dengan aparat keamanan, sehingga terjadi sinergi di masyarakat. Namun, yang paling penting adalah peran orangtua dalam mengawasi semua kegiatan anaknya di luar rumah," beber Nasir.
Pelatihan terhadap anak-anak SMU se-Indonesia yang dilakukan Lazuardi Birru hari ini, menurut Nasir harus terus dilakukan, terutama di daerah yang menjadi basis terorisme.
Sehingga, anak muda yang ada di sana tidak mudah mengikuti ajakan para pelaku teror, seperti yang terjadi belakangan ini.
Nasir menilai, aksi terorisme tidak dibenarkan oleh Islam, karena kondisi di Indonesia tidak seperti yang digambarkan para pelaku terorisme. Di mana, pemerintah menjamin kelancaran beribadah bagi kaum Muslimin.
"Saya juga mengimbau para pelaku terorisme yang sudah tobat, untuk ikut melakukan kampanye kepada generasi muda mengenai bahaya aksi ini. Walaupun saya warga asing, saya jatuh cinta kepada Indonesia," kata Nasir. (*)
BACA JUGA