Kamis, 2 Oktober 2025

Kontras: Tren Pakaian Termasuk HAM

Menurut Feri, siapapun tidak bisa menghambat laju anak, khususnya remaja yang mengikuti tren pakaian yang digunakan di daerah lain.

zoom-inlihat foto Kontras: Tren Pakaian Termasuk HAM
NET
ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) prihatin terhadap kasus kematian PE (16), remaja Aceh yang meninggal akibat gantung diri, lantaran malu dituduh ingin menjual diri oleh petugas Wilayatul Hisbah (WH) Langsa.

"Soal PE, ini bagian dari kekerasan-kekerasan sebelumnya yang tidak diperbaiki. Perilaku seperti ini banyak membuat orang malu," kata Kepala Biro Pemantauan Kontras Feri Kusuma, saat jumpa pers di Kantor Kontras, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2012).

Menurut Feri, siapapun tidak bisa menghambat laju anak, khususnya remaja yang mengikuti tren pakaian yang digunakan di daerah lain. Ia mempertanyakan, mengapa pemberlakuan Syariat Islam hanya untuk masyarakat sipil.

Feri melanjutkan, penggunaan pakaian atau keinginan pergi kemana pun, termasuk hak asasi manusia (HAM) yang dilindungi oleh konstitusi, dan perlu mendapat perlindungan dari pemerintah.

"Penyelenggara negara harus tahu mana yang bisa diatur dengan hukum, dan mana yang tidak bisa diatur oleh hukum," imbuh Feri.

Pada Kamis (6/9/2012) lalu, seorang remaja putri tewas akibat gantung diri di kamar tidurnya. Ia mengambil jalan pintas lantaran malu dengan tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Itu terungkap dari sepucuk surat yang ditinggalkan remaja berusia 16 tahun berinisial PE, untuk keluarganya.

Dalam surat yang diterima Prohaba, Senin (10/9/2012), PE menceritakan tentang kasus penangkapan dirinya oleh petugas Wilayatul Hisbah (WH) Langsa, Senin (3/9/2012) menjelang Salat Subuh.

Dalam suratnya, PE bersumpah tak pernah menjual diri, seperti yang dituduhkan pihak Dinas Syariat Islam Langsa, ketika dia dan teman wanitanya ikut ditangkap WH.

Surat tersebut berbunyi, “Ayah, maafin PE ya Yah. PE udah malu-maluin ayah sama semua orang. Tapi, PE berani sumpah kalau PE enggak pernah jual diri sama orang. Malam itu, PE cuma mau nonton kibot (organ tunggal) di Langsa. Terus, PE duduk di lapangan begadang sama kawan-kawan PE.”

Pada alinea berikutnya, PE menceritakan alasan mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri.

“Sekarang, PE enggak tau harus gimana lagi, biarlah PE pigi (pergi) cari hidup sendiri. PE enggak ada gunanya lagi sekarang. Ayah jangan cariin PE ya..!! nanti PE juga pulang jumpai ayah sama Aris. Biarlah P  belajar hidup mandiri, PE harap ayah enggak akan benci sama PE. Ayah sayang kan sama putri..??? PE sedih kali enggak bisa jumpa Ayah, maafin PE ayah…Kakak sayang sama Aris, maafin kakak ya.” (*)

BACA JUGA

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved