Ajaran Laduni Mengaku Dapat Wahyu Dari Gunung
Pimpinan Laduni, Tgk M Juni mengaku, ajaran yang dianut dan disebarkannya itu ia peroleh melalui

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Dedi Iskandar
TRIBUNNEWS.COM, MEULABOH - Pimpinan Laduni, Tgk M Juni mengaku, ajaran yang dianut dan disebarkannya itu ia peroleh melalui “wahyu” saat melakukan pengajian di kawasan Gunong Seumot, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya beberapa bulan lalu.
Pengakuan itu dia ungkapkan di depan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Drs Tgk H Ghazali Mohd Syam, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Drs Ibnu Sa’dan MPd, ulama Abu H Mustafa Habli Lc, Penjabat Bupati Aceh Barat Ridwan Hasan SH MM, Kapolres AKBP Artanto SIK, serta jajaran Pemkab Aceh Barat di aula mapolres setempat di Meulaboh, Rabu (5/9/2012) malam.
Tgk M Juni yang tercatat sebagai warga Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat mengaku “wahyu” itu dia peroleh dari seorang kakek yang tidak dia sebutkan ciri-cirinya.
Saat itu, kata M Juni, ia mendapatkan sejumlah petunjuk. Itulah yang kemudian dia sampaikan kepada para pengikutnya. Masih menurut M Juni, hanya dia yang bisa berjumpa dengan guru tersebut. Itu pun setelah dia melakukan ritual pemanggilan. Para pengikutnya maupun nonpengikut, tidak bisa menyaksikan “perjumpaan”nya dengan guru yang memberinya “wahyu” tersebut.
Dengan penjelasan berikutnya, Tgk M Juni membuat pengakuan bahwa ajaran itu ia dapatkan dalam mimpi, namun dirinya saat itu sedang tidak tidur, melainkan dalam keadaan sadar.
Para pendengar tampak bingung mendengarkan keterangannya yang berbeda antara yang pertama dengan yang kedua. Apalagi nada bicaranya sukar dimengerti.
Untuk meyakinkan hadirin, Tgk M Juni juga memperagakan cara bertemu dengan sang guru yang tak dia sebutkan namanya itu. Bahkan sambil menyebutkan nama Allah Swt, Nabi Muhammad saw, serta malaikatullah dan tata cara yang berbeda dengan ajaran Islam, (misalnya cara menyembah dan minta izin), ia justru mengaku bisa melihat dan bertemu dengan guru yang berwajah renta tersebut.
Ia juga sujud beberapa saat, kemudian mengakhiri peragaannya itu. Tim MPU Aceh dan Pemkab dan ulama di Aceh Barat tercengang dengan apa yang dia lakukan, karena dinilai tak masuk akal.
Pada saat menyampaikan ajarannya itu, tiba-tiba seorang pengikut sambil berlinang air mata dan mengaku khusus pulang ke Aceh dari Yogyakarta, meminta supaya ajaran itu tak disampaikan di hadapan umum. Akan tetapi, seharusnya disampaikan secara rahasia, tertutup, dan hanya bisa dijelaskan kepada Kapolres dan Wakapolres Aceh Barat, dan ketua MPU setempat.
Usai mendengarkan permohonan pemuda itu, tim MPU dan Kemenag Aceh bersama rombongan dan tim Mupida Aceh Barat langsung pamit dari forum pertemuan itu.