Kamis, 2 Oktober 2025

Bom di Tambora

Toriq Ogah Ikut Shalat Berjamaah

Muhammad Thoriq (32), merupakan warga asli Jembatan Lima, Jakarta Barat

Penulis: Abdul Qodir
zoom-inlihat foto Toriq Ogah Ikut Shalat Berjamaah
Muhamad Toriq, pemilik bom rakitan di Tambora

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Thoriq (32), merupakan warga asli Jembatan Lima, Jakarta Barat. Sejak kecil ia dan sejumlah saudaranya memang tinggal di Gang Teratai VII, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, lokasi temuan sejumlah bahan peledak.

Sriyati (45), seorang tetangga Thoriq, saudara-saudara Thoriq lainnya telah berkeluarga dan pergi dari rumah tersebut. Sedang Thoriq yang sempat mengenyam pendidikan di pesantren terus tinggal bersama sang ibunda, Iyot.
"Lepas dari pesantren dia sempat kerja di kantor kelurahan, tapi terus berhenti. Kemudian ia buka warung penjualan pulsa telepon di rumahnya," ujar Sri. Setelah dewasa, kelakuan laki-laki beranak satu itu menurutnya mulai menyimpang.
Sri yang mengaku akrab dengan Iyot mengatakan, ibunda Thoriq sempat bercerita anaknya itu suka membantah perintah orangtua. "Ibunya suka curhat ke saya, itu anak (Thoriq) kayaknya wataknya memang keras. Kalau shalat juga katanya tidak mau berjamaah," ujarnya.
Tahun lalu, seorang kakak laki-laki Thoriq meninggal dan keluarga menggelar tahlilan di kediaman tersebut. Namun Thoriq enggan ikut. "Kata ibunya, dia bilang ngapain ikut tahlilan, mending dagang untuk makan anak istri. Katanya begitu," tambah Sri.
Suatu kali, Sri dan Thoriq sempat terlibat diskusi mengenai seorang pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Abu Bakar Ba'asyir, yang kebetulan saat itu ramai diberitakan di televisi. Menurut Sri, saat itu Thoriq membela ustad tersebut.
"Wataknya memang keras dan suka membantah orangtua. makanya saya pernah bilang, dasar kamu otak teroris," tandasnya. Menurutnya, Thoriq setiap harinya berdagang pulsa, ditemani sang istri, Yanti.
Sri yang mengaku sudah puluhan tahun bertetangga dengan Thoriq mengatakan, tetangganya itu tidak pernah pergi jauh selama berhari-hari. "Karena toko pulsanya setiap hari pasti buka, kalau tutup juga tidak lama," tuturnya.
Rio Sutoro (17), seorang putra Sri, menambahkan Thoriq pernah didatangi seseorang yang mencurigakan. Tamu tersebut, menurut Rio, kerap terlihat berbisik dengan Thoriq, dan selalu menghentikan pembicaraan ketika ada orang lain di sekitarnya.
"Saya pernah melihat waktu mau beli pulsa. Waktu saya datang, mereka langsung berhenti berbisik-bisik, tapi saya tidak begitu dengar apa yang dibicarakan," katanya.
Dede (29), warga yang rumahnya berada di belakang kediaman Thoriq, mengaku melihat sejumlah keanehan pada diri Toriq beberapa sebelum kejadian. Menurut Dede, Thoriq lebih sering memisahkan diri saat warga salat berjemaah di mushala.
"Orangnya sopan, tapi terakhir-terakhir ini dia agak aneh. Salatnya sendirian , nggak mau jemaah, padahal kita lagi sama-sama di musala," ujar Dede. Keanehan lain, yakni adanya sejumlah rekan Thoriq yang datang pada malam hari.
"Ngomongnya bisik-bisik, padahal ada kita-kita di situ," imbuhnya.
Tetapi Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, menegaskan Thoriq termasuk dalam kelompok teroris. Menurut Rikwanto Densus 88 Antiteror masih menggali informasi mengenai keterkaitan Thoriq dengan jaringan teroris.

Orangtua Thoriq, menurut Rikwanto, tidak tahu banyak mengenai bahan-bahan peledak yang saat ini dirakit Thoriq. "Orangtuanya tidak begitu banyak tahu, ia (Thoriq) merakit benda tersebut di kamarnya sendiri jadi belum tahu begitu banyak mengenai asal bahan peledak," ucap Rikwanto.

*Silakan klik di Sini untuk update Tribun Jakarta Digital Newspaper

Berita Terkait: Bom di Tambora

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved