Minggu, 5 Oktober 2025

AISKI Desak Pemerintah Perkuat Pasar Sabut Kelapa Olahan

Menyusul anjloknya harga jual sabut kelapa olahan di pasar internasional, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) Provinsi Riau

Penulis: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto AISKI Desak Pemerintah Perkuat Pasar Sabut Kelapa Olahan
IST
Aktivitas di industri sabut kelapa olahan

TRIBUNNEWS.COM – Menyusul anjloknya harga jual sabut kelapa olahan di pasar internasional, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) Provinsi Riau mendesak pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat pasar sabut kelapa olahan di dalam negeri.

Sekadar diketahui, harga jual sabut kelapa olahan di pasar internasional, untuk produk coco fiber (serat sabut kelapa) anjok hingga USD 300 per ton dan USD 100 per ton untuk produk coco peat (serbuk sabut kelapa).

Ketua AISKI Riau, Ady Indra Pawennari mengatakan, sudah saatnya pemerintah memperkuat penggunaan sabut kelapa olahan untuk kebutuhan industri dalam negeri.

"Untuk saat ini, harga sabut kelapa olahan di pasar internasional sudah tidak ekonomis lagi,” kata Ady Indra Pawennari dalam keterangan persnya usai melakukan pertemuan dengan sejumlah importir sabut kelapa olahan asal China, Singapura, dan Malaysia di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (1/9/2012).

Dalam satu tahun terakhir, harga penjualan sabut kelapa olahan, khususnya coco fiber di pasar internasional sudah mengalami tiga kali penurunan, mulai dari USD 400 per ton, USD 350 per ton, hingga USD 300 per ton pada awal September ini.

Ady khawatir, penurunan harga yang drastis ini berdampak pada pertumbuhan industri sabut kelapa nasional.

Sejauh ini, beber Ady, pasar sabut kelapa olahan dalam negeri masih cukup potensial untuk digarap.

Ia menyebutkan, industri peralatan rumah tangga, otomotif, pertambangan dan hutan tanaman industri (HTI) adalah pengguna sabut kelapa olahan yang paling potensial di Indonesia.

Misalnya, kata dia, untuk industri peralatan rumah tangga, selama ini, matras, bantal dan spring bed berbahan baku coco fiber yang banyak digunakan di hotel berbintang, masih impor. "Padahal, bahan bakunya sebagian besar berasal dari Indonesia,” paparnya.

Sementara, untuk industri otomotif, beberapa merk mobil tertentu di Indonesia sudah menggunakan jok yang terbuat dari coco fiber, di antaranya Avanza, Xenia, dan Rush.

Sedangkan untuk pertambangan dan hutan tanaman industri, penggunaan coco peat untuk media reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang dan media tanam di persemaian biji tanaman hutan, belum maksimal karena masih kurangnya sosialisasi.

Ady mengungkapkan, hal inilah yang harus digerakkan pemerintah. Khusus untuk pertambangan, Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun 2008 sudah mewajibkan adanya reklamasi, rehabilitasi, dan revegetasi lahan pasca tambang.

"Hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, solusi yang paling efektif untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan kritis dan pasca tambang adalah menggunakan media sabut kelapa. Nah, tunggu apa lagi?” tanya Ady.

Ady memberi apresiasi tinggi kepada PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang secara konsisten menggunakan coco peat sebagai media tanam untuk biji tanaman akasia di areal HTI mereka yang jumlahnya mencapai ribuan ton per bulan.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved