Jumat, 3 Oktober 2025

Pulau Jawa Terancam Dilanda Krisis Air Tahun 2020

Kekeringan yang melanda dunia saat ini menyebabkan krisis air makin meningkat.

Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Pulau Jawa Terancam Dilanda Krisis Air Tahun 2020
KOMPAS.com/VITALIS YOGI TRISNA
Warga mencuci pakaian menggunakan air dari lubang galian di Sungai Cipamingkis, Cibarusah, Bekasi, Rabu (29/8/2012). Musim kemarau selama empat bulan terakhir mengakibatkan warga di Cibarusah mengalami krisis air bersih.

TRIBUNNNEWS.COM - Kekeringan yang melanda dunia saat ini menyebabkan krisis air makin meningkat.

Secara global, satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum, dan satu dari tiga orang tidak dapat sanitasi layak.

Abad 21, air akan menjadi masalah besar dunia karena krisis air akan meningkat. Diperkirakan 2/3 penduduk dunia akan kekurangan air pada tahun 2050.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, di Indonesia, krisis air mengalami hal yang sama.

Saat musim kemarau, kata Sutopo, wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami defisit air sejak 1995.

"Defisit air terjadi selama 7 bulan pada musim kemarau. Surplus air berlangsung 5 bulan saat penghujan. Diproyeksikan tahun 2020 potensi air yang ada hanya 35% yang layak dikelola yaitu 400 m3/kapita/tahun," kata Sutopo.

Sutopo memaparkan, angka tersebut jauh dari standard minimum dunia 1.100 m3/kapita/tahun. Sejak tahun 2003 terdapat 77% kabupaten/kota di Jawa yang memiliki defisit air selama 1-8 bulan dalam setahun. Bahkan sebanyak 36 kabupaten/kota defisit air 5-8 bulan dalam setahun.

"Jadi bukan hal yang aneh jika saat ini terjadi dampak kekeringan, khususnya di Jawa. Distribusi air, hujan buatan, pemboran sumur adalah solusi singkat yang belum mengatasi masalah ini tuntas," urai Sutopo.

Dia menambahkan, diperlukan upaya penyediaan air secara besar-besaran. Pembangunan waduk, bendung, embung, dan pengelolaan DAS dapat mengatasi masalah yang ada.

Namun ini perlu dukungan politik, dana, dan partisipasi masyarakat yang besar. Pembangunan waduk besar saat ini sulit dilakukan di Jawa.

Terlebih lagi, kata Sutopo lagi, dengan adanya penurunan hujan di masa mendatang, meningkatnya pencemaran air, kerusakan lingkungan, dan bertambahnya penduduk akan makin berat penyediaan air di Jawa.

Partisipasi masyarakat perlu didorong melalui ekonomi kerakyatan yang langsung memberikan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

"Pembangunan embung dan waduk kecil di sungai-sungai orde 1 perlu dibangun di banyak tempat. Upaya ini bisa mengatasi kekeringan yang rutin tiap tahun. Jika tidak maka kekeringan berkelanjutan yang ada," pungkasnya.

KLIK JUGA:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved