Sengketa Lahan Cinta Manis
Imparsial: Berlebihan Brimob Terjun Atasi Konflik Ogan Ilir
Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti menyayangkan keputusan menerjunkan personel Brimob menangani konflik

Laporan Wartawan Tribunnews.com, NIcolas Timothy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti menyayangkan keputusan menerjunkan personel Brimob menangani konflik sosial yang terjadi di Desa Limbang Jaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan hingga menewaskan seorang remaja berumur 12 tahun.
"Harusnya cukup turunkan anggota Reskrim (Reserse Kriminal), bukan Brimob," ujar Poengky saat dihubungi wartawan, Senin (30/7/2012).
Menurut Poengky, Brimob merupakan aparat kepolisian yang telatih hampir sama dengan TNI, dilatih untuk menghadapi konflik sosial yang sampai menimbulkan kontak senjata.
Dengan demikian, tidaklah tepat jika Brimob turun untuk mengatasi konflik sosial yang terjadi di Ogan Ilir.
"Brimob itu kan sama dengan militernya kepolisian. Makanya mereka hadapi sasaran dengan langsung main tembak," kata Poengky.
Lebih lanjut, Poengky menilai, pendekatan represif dengan penggunaan senjata api yang langsung menjurus kepada orang yang bertikai itu merupakan kesalahan prosedur.
Seharusnya, lanjut Poengky, polisi gunakan pendekatan persuasif.
Sebelumnya, Jumat 27 Juli 2012, terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan penduduk Desa Limbang Jaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan terkait sengketa lahan warga Ogan Ilir dengan PTPN VII Unit Cinta Manis.
Kerusuhan itu mengakibatkan Angga (12) tewas tertembak peluru nyasar Brimob.
Peluru menembus kepala Angga yang saat itu baru keluar dari masjid tak jauh dari lokasi kejadian, dan sedikitnya lima warga lainnya terluka dalam bentrok warga dan aparat keamanan itu.