Sabtu, 4 Oktober 2025

Pembantaian Rohingya di Myanmar

DPR Desak SBY Beri Suaka Politik untuk Etnis Rohingya

Anggota Komisi IX DPR, Herlini Amran mendesak Presiden SBY untuk segera membebaskan dan memberikan suaka politik

zoom-inlihat foto DPR Desak SBY Beri Suaka Politik untuk Etnis Rohingya
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Ratusan anggota Ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) berunjukrasa di sekitar bundaran HI Jakarta Pusat, terkait kekerasan terhadap suku Rohingya di Arakan Myanmar dan kekerasan di Suriah, Jumat (13/7/2012). Pengunjukrasa mendesak penghentian kekerasan di dua negara tersebut dan meminta peran aktif PBB dalam penyelesaian konflik yang menimpa kaum muslim di seluruh dunia. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR, Herlini Amran mendesak Presiden SBY untuk segera membebaskan dan memberikan suaka politik terhadap pengungsi etnis muslim Rohingya di Indonesia yang nasibnya terlunta- lunta selama 10 bulan.

“Pemerintah harus reaktif dan peduli terhadap pengungsi rohingya yang nasibnya terlunta-lunta di Indonesia. Mereka lari dari negaranya untuk mencari kebebasan ke negara lain seperti Indonesia, tetapi yang didapat justru ketidak jelasan nasibnya di tempat penampungan imigrasi Indonesia,” kata Herlini , Kamis(26/7/2012).

Lebih lanjut Legislator Partai Keadilan Sejahtera ini mengatakan, penderitaan muslim Rohingya asal Myanmar ini harus segara mendapat perhatian serius dari Presiden SBY. Khususnya untuk mendorong  Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan seluruh pemimpin dunia untuk mendesak Myanmar menghentikan Kebiadaban ini dan segera membawa kasus pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan kejahatan kepada kemanusiaan ke Mahkamah Internasional.

Di Tanjung Pinang saat ini terdapat 82 orang pengungsi asal Rohingya, 13 diantaranya anak-anak, dan yang paling kecil  bahkan ada yang masih berumur 9 tahun. Yang lainnya tersebar di 13 tempat lain di Indonesia.

Herlini pun berharap pemerintah proaktif memberikan suaka politik kepada Muslim Rohingya yang lari dari negaranya.

"Karena hampir 20 tahunan hidup dalam teror dan penindasan,” tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved